Dua kitab di foto ini merupakan terjemah dari kitab Sulamul Munauraq, kitab ilmu mantiq (logika) yang menjadi rujukan banyak pesantren di Indonesia. Terjemah dengan bahasa Jawa yang ditulis menggunakan huruf Arab Pegon ditulis oleh Kiai Haji Bisri Mustofa. Sedangkan terjemah berbahasa Indonesia ditulis oleh putra Kiai Bisri, yakni Kiai Haji Cholil Bisri.

Untuk yang terjemah menggunakan Arab Pegon sudah pernah saya ulas di alif.id dengan judul Ketika Kiai Bisri Mustofa Menerjemah Mantiq. Karya Kiai Bisri ini sangat khas. Contoh-contohnya dekat dengan alam pikirian masyarakat. Dalam kitabnya ini, akan kita dapati contoh-contoh seperti pisang goreng dan rondoroyal atau tape goreng.

Berbeda dengan ayahnya yang menerjemahkan kitab Mantiq menggunakan Arab Pegon, Kiai Cholil menerjemahkan kitab Mantiq ini dengan bahasa Indonesia. Kiai Cholil dalam kata pengantarnya menjelaskan, bahwa alasannya menerjemahkan kitab Mantiq ini ke bahasa Indonesia adalah perintah dari ayahnya.

Kata Kiai Cholil, setelah kitab Mantiq Sulam Munauroq diterjemahkan oleh ayahnya ke bahasa Jawa dengan menggunakan huruf Arab Pegon pada 1370 H/1950 M dan sudah tersebar luas di Jawa dan luar Jawa, banyak permintaan dari para pembaca kepada ayahnya untuk mengalihbahasakan ke bahasa Indonesia. Namun karena ayahnya tak memiliki kesempatan mengeksekusinya, maka Kiai Cholil ditugaskan untuk mengerjakan anjuran baik ini, yang akhirnya bisa terlaksana pada 15 Zulhijah 1389 H/ 22 Februari 1970 M.

Kendati Kiai Cholil mengaku, dalam kata pengantarnya, bahwa karyanya merupakan salinan dari terjemah Sulam Munauraq karya ayahnya, namun isinya tidak seratus persen sama. Salah satunya adalah contoh yang ajukan oleh Kiai Cholil pada Bab Hujjah.

Dalam menjelaskan Hujjah Safsathoh, argumentasi yang seakan-seakan benar tapi sebenarnya tidak, Kiai Bisri memberi contoh kisah Abu Nawas. Sedangkan Kiai Cholil menggunakan kisah dua orang santri yang menggelikan. Begini kutipan lengkapnya:

Ketika ayam Umar disembelih tanpa izin. Umar menuntut: “Kholid! Kamu ini bagaimana, ayam saya kok kamu sembelih tanpa seizin saya?”

Kholid menjawab: “Mana bisa, saya kan menyembelih ayamnya Gusti Allah, bukan ayammu. Kamu kan hanya ketitipan saja”

“Oh, begitu” Umar menimpali seraya Umar memukul dagu Kholid berulang-ulang sampai Kholid babak belur.

Kholid pun merintih-rintih, dan berkata: “Bagaimana toh ini, saya kok terus dipukuli?”

Umar menjawab: “Mana bisa, saya kan sekedar menghajar semut yang lancang menginjak-injak dagumu. Kamu ini di tolong kok malah menyalahkan saya”

Dengan adanya kitab Mantiq terjemah bahasa Indonesia ini, pembaca yang tak akrab dengan Arab Pegon bisa terbantu. Sebagaimana terjemah Arab Pegonnya, karya terjemah dari Kiai Cholil ini dilengkapi dengan skema materi sehingga mempermudah pembaca.

Jika Anda tertarik belajar Mantiq yang contoh-contohnya dekat dengan alam pikiran masyarakat kita, dua kitab ini bisa jadi rujukan.

Sedikit cerita, Kiai Cholil Bisri ini adalah kakak dari Kiai Mustofa Bisri (Gus Mus) dan ayah dari Katib Am NU Gus Yahya Staquf dan Menteri Agama kita: Gus Yaqut. Kiai Cholil selain seorang penulis dan da’i kondang, juga politisi. Kiai Cholil turut membidani lahirnya Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Beliau wafat tahun 2004.

Zaim Ahya, 3/11/2021 di Kedai Tak Selesai

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.