Judul di atas merupakan salah satu sub judul dari buku Etika Lingkungan karya Sony Keraf, pemikir yang pernah menjabat sebagai Menteri Lingkungan hidup era Presiden Gus Dur. Buku ini ia tulis pasca ia jadi menteri.

Setelah membincang ragam teori lingkungan hidup seperti antroposentrisme, biosentrisme, ekosentrisme, dan ekofeminisme, Keraf membicarakan persoalan lingkungan yang terkait dengan banyak hal, seperti politik, ekonomi, pemerintahan, sosial budaya, bahkan ekonomi global, yang menurutnya berkait erat dengan persoalan lingkungan hidup.

Dalam satu sub bab yang menjadi judul tulisan ini, Keraf bercerita tentang paradigma pembangunan berkelanjutan dan keberlanjutan ekologi. Paradigma yang pertama lahir sebagai respon dari paradigma pembangunan yang menekankan pada pembagunan di sektor ekonomi an sich (developmentalisme), sehingga berdampak pada eksploitasi sumber daya alam secara masif.

Paradigma pembangunan berkelanjutan menekankan, bahwa pembagunan seharusnya memberikan perhatian pada tiga aspek: ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan hidup. Tiga aspek ini harus diperhatikan secara sama, tidak boleh ada yang dilebihkan sebagaiman paradigma developmentalisme yang hanya menekankan pada sektor ekonomi, yang ternyata mengakibatkan kerugian besar di dua sektor yang lain: sosial budaya dan lingkungan hidup, dan harus dibayar melebihi dari pada pertumbuhan ekonomi yang dicapai. Karena, ketika lingkungan hidup dan sosial budaya terkoyak, maka hal itu juga akan mempengaruhi persoalan ekonomi di masa depan, dan kualitas kehidupan masyarakat.

Sony Keraf mengajukan beberapa syarat penerapan paradigma pembangunan jika ingin berhasil. Setidaknya ada tiga syarat yang harus dipenuhi, yang ini berkaitan dengan penyelenggaran pemerintahan: (1) Demokrasi, (2) Keadilan, dan (3) Keberlanjutan.

Menurut Sony Keraf, kegagalan paradigma ini, karena kurang dipahami sebagai prinsip pokok pembagunan. Padahal seharusnya paradigma ini menjadi landasan pemerintah dan pihak lainnya untuk merancang dan mengimplementasikan agenda pembangunan.

Karena tak kunjung berhasil, paradigma pembangunan berkelanjutan ini oleh beberapa pemikir dan aktivis dikritik, dan dicurigai sebagai kompromi dengan paradigma developmentalisme, yang pada akhirnya juga mengutamakan pembagunan dalam sektor ekonomi an sich. Oleh karena itu, diajukan paradigma baru, yakni paradigma keberlanjutan ekologi, yang menitikberatkan pada kelestarian ekologi. Paradigma ini menuntun bagaimana pertumbuhan ekonomi bisa sejalan dengan kelestarian lingkungan hidup. Dengan kata lain, mengoptimalisasi perekonomian yang ramah lingkungan.

Namun dalam penutup sub bab ini, Sony Keraf berpendapat, baik paradigma pembangunan berkelanjutan maupun paradigma keberlanjutan ekologi yang dipakai, itu tak jadi masalah, yang penting tiga aspek yang telah diaebut di atas diperhatikan secara sama. Perbedaan dua paradigma itu, menurut Keraf, adalah titik tekannya. Kalau paradigma pembangunan keberlanjutan menekankan pada pembangunan ekonomi dan secara bersamaan memberi tekanan secara proposional pada aspek sosial budaya dan lingkungan hidup, maka paradigma keberlanjutan ekologi menekankan pada pelestarian ekologi seraya menjamin kualitas kehidupan ekonomi dan sosial budaya.

Kendati menurutnya sama, namun tampaknya Keraf lebih condong kepada paradigma keberlanjutan ekologi. Katanya:

“Untuk menghindari jebatan ideologi developmentalisme, paradigma keberlanjutan ekologi tentu lebih menarik. Sejauh paradigma keberlanjutan ekologi diterapkan secara konsekuen dan dengan kesabaran tinggi, hasilnya akan lebih berkelanjutan.”

Buku ini terbit pertama kali tahun 2002. Hampir dua puluh tahun yang lalu. Dari perjalanan yang cukup lama ini, mungkin kita bisa meraba, kira-kira paradigma yang kita pakai apakah paradigma pembangunan berkelanjutan, atau paradigma ekologi berkelanjutan? Atau justru developmentalisme? Atau bukan ketiganya? Dan pertanyaan terpenting, bagaimana perkembangan tiga aspek: ekomoni, sosial budaya dan lingkungan hidup kita?

Zaim Ahya, pemilik di Kedai Tak Selesai

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.