Dalam kitabnya, yang berjudul Bidayatul Hidayah, ketika menjelaskan tentang pencari ilmu dengan orientasi yang salah, Imam al-Ghazali menggambarkan bahwa orang tersebut, ibarat berdagang, adalah orang yang rugi dan bangkrut lantaran menjual akhirat dengan dunia.

Yang demikian itu, meminjam istilah dari dunia profesional, juga dilakukan oleh beliau saat menjelaskan tentang hubungan hamba dengan Tuhannya. Kata beliau, dalam hubungannya dengan Allah, seorang hamba terbagi menjadi tiga: orang untung, pas-pasan, dan rugi.

Orang yang beruntung adalah mereka yang mengerjakan ibadah wajib, menjahui yang dilarang dan menambah dengan ibadah sunnah. Sedangkan orang yang pas-pasan adalah mereka yang mengerjakan ibadah wajib dan menjauhi maksiat, namun tidak menambah dengan ibadah sunnah. Lalu yang terakhir, orang yang rugi, adalah mereka yang kurang dalam mengerjakan wajib, alih-alih sunnah dan melanggar larangan Allah.

Kata rugi, untung, pas-pasan dan perdagangan identikk dengan istilah profesi yang akrab dengan kehidupan masyarakat pada umumnya. Penggunaan istilah-istilah yang familiar ini mungkin diantara yang membuat karya Imam al-Ghazali mudah diterima dan diingat. Dan ini termasuk keistimewaan beliau.

Apa yang ditempuh Imam al-Ghazali ini mengingatkan saya kepada Gus Dur di salah satu tulisannya. Kata Gus Dur, mengutip Charles Torrey, dibandingkan kitab-kitab suci agama yang lain, al-Qur’an sangat menarik. Kenapa Torrey berpendapat demikian, lanjut Gus Dur, lantaran al-Qur’an menggunakan peristilahan profesional untuk menyatakan hal paling dalam di lubuk hati manusia.

Gus Dur mengutip ayat yang artinya, “Barang siapa mengikuti selain Islam sebagai agama maka amal perbuatannya tidak akan diterima (menurut Islam) dan di akhirat kelak ia akan merugi perdagangannya”.

Kata Gus Dur, bukankah kata merugi pada ayat itu dalam dunia perdagangan merupakan istilah profesional, yang pada ayat ini digunakan untuk menunjukkan hal yang paling dalam di hati manusia, yakni pahala?

Selain ayat di atas, ada ayat lain yang dikutip Gus Dur yang menggambarkan hal yang sama: penggunaan istilah profesional yang juga meliputi bidang selain perdagangan: pertanian.

Menurut Gus Dur, hal di atas menunjukkan bahwa al-Qur’an memberikan penghormatan yang tinggi terhadap profesi yang kita anut.

Zaim Ahya, Plumbon 1 Mei 2020

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.