Amtsilati karya Kiai Taufiqul Hakim Jepara dikenal sebagai kitab gramatikal bahasa Arab yang bisa dengan cepat dipelajari dan dipraktikkan untuk membaca kitab kuning, bahkan oleh mereka yang baru lulus sekolah dasar.

Namun sebenarnya, selain mengajarkan gramatikal bahaa Arab secara praktis dan cepat, ada ajaran tentang akhlak dan motivasi belajar yang tersisip di dalam nazam ringkasan dari Alfiyah Ibnu Malik yang menjadi dasar gramatikal yang diadopsi oleh Amtsilati.

Tentu yang demikian itu bukan hal baru di dunia pesantren dan kitab kuning. Bahkan Alfiyah Ibnu Malik yang menjadi acuan utama Amtsilati, juga mengajarkan beberapa hal di luar gramatikal melalui beberapa contohnya, seperti akhlak dan ajuran-anjuran kebaikan yang lain.

Kalau demikian, lalu apa menariknya?

Salah satu hal yang menarik dari Amtsilati adalah penerjemahannya akan nazam-nazam ringkasan Alfiyah itu dengan dua bahasa: Jawa dan Indonesia, dengan mengikuti pola nazam bahasa aslinya, di samping juga diberi makna arab pegon ala pesantren.

Begini salah satu contohnya:

فالأول الاعراب فيه قدرا * جميعه وهو الذي قد قصرا

Terjemah bahasa Jawa:

“Isim akhire Alif arane Maqsur # ‘Irob kabeh kira’no, ojo takabur”

Terjemah bahasa Indonesia:

“Isim akhirnya Alif disebut Maqsur # ‘Irob kira-kirakan, jangan takabur”

Terjemah di atas bisa dikatakan terjemah bebas, atau inti dari kaidah yang terkandung dalam nazam tersebut, dan dibumbui ajakan untuk tidak takabur.

Contoh lain misalnya:

وفعل أمر ومضي بنيا # وأعربوا مضارعا إن عريا
من نون توكيد مباشر ومن # نون إناث كيرعن من فتن

Terjemah bahasa Jawa:

“Fi’il amar lan madhi hukume mabni # Mudhore’ hukume mu’rob lamun sepi

Songko nun taukid lan nun ta’nis kang nempel # Asal belajar tekun ra bakal angel”

Terjemah bahasa Indonesia:

“Fi’il amar dan madhi hukumnya mabni # Mudhore hukumnya mu’rob jika sepi

Dari adanya nun taukid dan nun ta’nis #
Bicaralah dengan kata-kata manis”

Isi kitab Khulasoh Ibnu Malik Amtsilati

Sebagaimana contoh sebulumnya, terjemah dari dua bait nazam ini juga termasuk terjemah bebas dengan mengambil inti kaidah yang tersimpan dan dibumbui motivasi belajar di terjemah bahasa Jawanya: “Asal belajar tekun ra bakal angel” dan nasehat di terjemah bahasa Indonesianya: “Bicaralah dengan kata-kata manis.”

Pada praktiknya, santri-santri yang belajar Amtsilati membaca nazam dan artinya setiap hari, dan bahkan menghafalkannya. Oleh karena itu, selain mengingat kaidah gramatikal, ada nasehat akhlak dan motivasi belajar yang ikut terserap ke dalam memori.

Mungkin pada tahap menghafalkannya, lantaran fokusnya pada kaidah gramatikal, beberapa santri tak menyadari adanya nasehat dan motivasi belajar yang disisipkan, namun pada titik tertentu, misalnya ketika santri ini mengalami kepayahan dalam menghafal dan memahami pelajaran, motivasi belajar yang dia hafal bersama gramatikal memungkinkan menjumbul dan memicu semangatnya. Begitu juga dengan nasehat akhlak, berpotensi akan menjumbul dan menjadi pengingat dirinya akan sesuatu yang harus dihindari seperti sombong.

Tentu tak setiap nazam terdapat nasehat atau motivasi belajar di dalamnya. Namun selain nasehat dan motivasi belajar yang telah disebutkan di atas, masih cukup banyak nasehat dan motivasi belajar yang lain yang disisipkan seperti:

“……………# Jer kasroh dzikiro ing Allah kang tekun”

“…………..# Faidah dadi lan nemu, ojo pamrih”

Begitulah sedikit ulasan dari karya santri dari Kiai Haji Sahal Mahfud Kajen Pati dan Kiai Haji Salman Dahlawi Popongan Klaten ini.

Zaim Ahya, Plumbon 21 Februari 2021

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.