Open minded atau pikiran terbuka secara sederhana bisa diartikan, kendati mungkin kurang mencukupi, sebagai kemampuan menerima kebenaran baru yang sebelumnya tak terketahui, atau bahkan bertentangan dengan apa yang dipahami.

Dalam tradisi kitab kuning, open minded, dalam konteks kemampuan menerima pengetahuan baru, tampaknya bisa disejajarkan dengan tawadhu’. Dalam kitab kuning, tepatnya di kitab Tausyeh ala Ibnu Qosim karya Kiai Nawawi Banten dijelaskan, kunci memporeleh pengetahuan (ilmu) adalah tawadhu’.

Lalu apa makna tawadhu’ itu sendiri dalam konteks memperoleh ilmu?

Kiai Nawawi Banten tak menjelaskan definisi tawadhu’ dalam kitabnya itu. Beliau hanya mengetengah yang menjadi lawan dari pada tawadhu’. Mengutip kalam sebagian ulama yang berbentuk bahar kamil, beliau menulis:

العلم حرب للفتى المتعالي # كالسيل حرب للمكان العالي

[Ilmu adalah musuh bagi pemuda yang tinggi hati, laiknya aliran air yang menjadi musuh tempat yang tinggi]

Diksi pemuda yang tinggi hati dalam kalam di atas bisa dipahami sebagai pemuda yang tak berpikiran terbuka, tidak open minded, tidak tawadhu’.

Zaim Ahya, pemilik takselesai.com

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.