Banyak petani di desa bekerja keras sepanjang hidup untuk membiayai pendidikan anak mereka, yang belakangan bekerja di kota.
Sektor pertanian membiayai pendidikan untuk memasok tenaga kerja di kota. Pada dasarnya, desa mensubsidi kota.
Seberapa banyak manfaat pendidikan itu kembali ke desa? Kecil sekali. Sektor pertanian kita makin merosot. Bahkan buruh tani pun sekarang makin sulit ditemukan di desa.
Citra petani begitu buruk, dianggap sebagai profesi rendahan dan simbol kemiskinan. Anggapan itu tidak sepenuhnya keliru. Pada kenyataannya, penghasilan petani memang cenderung rendah dan ekonomi pertanian kita secara nasional terus nyungsep.
Sektor pertanian kita membutuhkan input sains dan teknologi, input manajemen dan bisnis, serta input teknik pemasaran: hal-hal yang bisa disumbangkan oleh ”orang-orang sekolahan” yang berkumpul di kota-kota besar.
Revitalisasi pertanian menuntut upaya mengembalikan minat orang-orang terdidik untuk menengok sektor pertanian, sebagai sektor yang keren dan menguntungkan.
Bagus jika banyak orang pintar mau kembali ke desa. Tapi, tak harus begitu. Mereka bisa menjalin kerjasama dengan koperasi-koperasi petani di desa.
Selama ini, petani tak bisa mengakses “profesi perkotaan” karena miskin dan bekerja sendiri-sendiri. Karena kurangnya pengetahuan serta kepercayaan diri.
Jika petani berkoperasi, misalnya 500 orang, mereka tak hanya lebih percaya diri; mereka sangat mungkin menggaji secara layak profesi-profesi keren seperti ini:
Ahli Tanaman (Botanist)
Di samping terlalu tergantung pada pupuk kimia pabrik yang mahal, para petani juga tergantung pada benih dan bibit yang mahal dan seringkali harus diimpor. Para ahli tanaman (botanist) bisa berperan dalam penyediaan benih yang berkualitas namun terjangkau, termasuk mengeksplorasi serta melestarikan keragaman hayati negeri kita yang sangat kaya.
Mikrobiolog (Microbiologist)
Sebagian besar ilmu pertanian berkaitan dengan mikroba, dari pemupukan, pestisida/insektisida hingga pengolahan pangan dan pengolahan limbah pertanian. Pengetahuan mikrobiologi salah satu yang paling penting di pertanian pedesaan.
Di tengah trend ”green lifestyle”, para ahli mikrobiologi bisa menciptakan produk-produk baru ramah lingkungan dari sumberdaya desa yang selama ini terbengkalai, suatu hal yang ditunjukkan oleh riset-riset universitas terkemuka di dunia belakangan ini.
Inovator Pangan (Bio-Chemical)
Banyak petani hanya menjual produk mentah yang murah. Padahal mereka bisa mendapat keuntungan lebih baik jika menjual produk pangan olahan. Di sini bisa berperan para inovator pangan dalam menciptakan keragaman produk pangan. Para ahli bio-kimia juga bisa berperan dalam proses-proses penyulingan, pengawetan pangan yang sehat, fermentasi, dan sejenisnya.
Konsultan Bisnis (Perencana Bisnis, Akunting, Marketing)
Banyak usaha tani sebetulnya tidak bisa dikatakan sebagai usaha atau bisnis. Di tengah kemiskinan dan keterbatasan, jarang ada dari mereka yang punya hitung-hitungan ongkos produksi dan pendapatan dari penjualan. Hampir tidak ada yang membuat rencana bisnis (business plan): strategi produksi, permodalan, memilih jenis komoditi, manajemen produksi, pengolahan, pemasaran serta menghitung risiko bisnis.
Manajer usaha tani atau konsultan bisnis pertanian bisa berperan di sini. Mereka bisa mendapat gaji lumayan jika bisa memberikan jasa pada kelompok tani atau koperasi.
Desainer Grafis dan Produk
Banyak produk pangan yang ada sekarang dikemas seadanya, memberikan kesan murahan. Pemasaran membutuhkan art-designer untuk merancang materi promosi dan packaging yang berselera tinggi.
Di samping itu, desiner produk juga bisa mengeksplorasi bahan-bahan alam pedesaan untuk produk bernilai: ukiran kayu, patung batik pewarna alami, anyaman dan kerajinan tangan.
Ahli Lingkungan (Enviromentalist)
Pertanian sangat ditentukan oleh kesehatan lingkungan (ekosistem).
Jika ekosistem rusak, ambyar pula pertanian: banjir dan longsor, hilangnya sumber air, pencemaran, rusaknya lahan akibat pupuk dan pestisida kimia pabrikan.
Ekosistem yang rusak juga mempermiskin keragaman hayati: jenis tanaman dan benih menyusut, serangga yang membantu penyerbukan hilang, kelelawar punah padahal dia membantu penyebaran tanaman, bahkan cacing tanah yang menggemburkan lahan pun sirna.
Ahli Manajemen Sampah (Waste Manager)
Banyak limbah pertanian, perkebunan dan kehutanan dibuang percuma, padahal memiliki nilai ekonomi. Pengelolaan limbah ini membutuhkan pengetahuan dan ketrampilan tersendiri.
Wirausahawan Sosial (Social Enterpreneur)
Para pekerja sosial yang dibekali ilmu komunikasi, sosiologi dan antropologi bisa berperan dalam membangun organisasi atau koperasi di kalangan petani. Peran mereka juga penting dalam penyebarluasakan praktek pertanian sehat (good agriculture practices).
Tak hanya lahan kian sempit, para petani desa umumnya bekerja sendiri-sendiri dan bersaing satu sama lain. Hanya dengan kemauan bekerjasama, membentuk kelompok tani atau koperasi, mereka bisa mencapai skala ekonomi usaha tani yang menguntungkan. Dengan cara itu pula mereka bisa bersama-sama menyewa mahal para profesional, termasuk manajer usaha pertanian sekalipun.
Farid Gaban, Penulis dan Petani, tinggal di Wonosobo