Salah satu senior ( Ahmad Munji ) di Kelompok Studi Mahasiswa Walisongo (KSMW), salah satu organisasi mahasiswa UIN di Walisongo menulis tesis atau tugas akhir studi program magisternya dengan judul “Profesi Sebagai Tarekat”.

Di karyanya itu, ia merujuk ke kitab-kitab yang biasa dikaji di pesantren seperti kitab Kifayatul Atqiya dan kitab-kitab yang ditulis oleh Imam al-Ghazali.

Dari referensi pesantren itu, ia mengutip kisah seorang pencari kayu yang mencukupi keluarganya dengan hasil penjualan kayu yang ia cari — profesi mencari kayu di hutan lazim dilakukan dulu kala karena kepemilikan hutan belum seperti sekarang.

Lantaran pekerjaanya yang ia niatkan untuk menjalankan perintah Allah tentang kewajiban memberi nafkah keluarganya itu, ia sampai kepada Allah.

Dari kisah di atas, bisa ditarik sebuah benang merah, bahwa tarekat atau jalan menuju Allah tak seragam dan banyak jumlahnya. Tidak hanya melaui puasa dan salat sunnah, bekerja dalam rangka mencari nafkah untuk mencukupi keluarganya pun bisa menjadi jalan menuju Allah (tarekat).

Jika ingatan tak berkhianat, penulis pernah mendengar Kiai Dimyati Rois mengatakan di acara halal bi halal yang saat itu dihadiri oleh masyarakat dan pemerintahan setempat, bahwa pahala Pak Camat bisa jadi lebih besar dibanding pahala beliau yang kiai. Karena, kata beliau, Pak camat memiliki andil dalam memudahkan kehidupan masyarakatnya.

Di kesempatan lain, saat menemani Kiai Abdul Manab Syair dalam sebuah perjalanan, penulis juga mendengarkan hal yang hampir sama. Di tengah-tengah perjalanan kami terkena macet, dan terlihat beberapa orang mengatur jalan. Melihat yang demikian itu, beliau mengatakan:

“Bisa jadi ganjaran orang-orang itu lebih besar dari saya, yang kiai.”

Zaim Ahya, owner kedai tak selsai

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.