Ketika buah jagung mendekati masa panen, biasanya juga diiringi tumbuhnya “jagung mini” yang di daerah saya disebut “putren”.
Kata teman saya yang lebih senior dalam persoalan pertanian (Mas Mukhit Muzadi), baiknya putren ini dibuang, istilah kami diwatun, supaya jagungnya tumbuh secara maksimal. Lebih-lebih kalau putren tersebut tumbuh bersebelahan mepet dengan jagungnya (kami menyebutnya kempet), bisa dikatakan harus dibuang.
“Bukankah putren ini, yang tumbuh di bawah, juga bisa menjadi jagung nantinya?” tanyaku.
“Bisa”, Kata teman saya, “tapi ukurannya kecil, jagung mini”
Setelah mendengar penjelasan teman saya itu, saya berniat memberesi putren-putren itu. Namun tadi pagi menjelang siang, kira-kira jam 10.00 WIB, ada beberapa orang ke rumah menawar putren-putren tersebut. Saya pun mengiyakan, dan persoalan harga saya bilang, sesuai umumnya berapa.
Ternyata laku juga, batin saya. Lantaran ada yang membeli putren-putren itu, saya jadi tahu kalau putren-putren tersebut biasa dijadikan campuran masakan.
Setelah saya cek, ternyata benar. Saya sering lihat dalam beberapa sajian masakan. Tidak hanya saya, mungkin juga anda?
Zaim Ahya, Petani dan Founder takselesai.com