Kenshin Himura, seorang pembatai di masa lalu yang telah memilih jadi pengembara dan bersumpah tidak akan membunuh lagi harus menghadapi Shisio Makoto yang sekarang mengikuti jejaknya dan ingin mengusai negara.

Kenshin merasa ia harus menghentikannya, demi melindungi masyarakat. Namun, alih-alih mengalahkan Shisio, Kenshin tak mampu mengalahkan murid Shisio, Sojiro.

Sebelum menghadapi Shisio dan pengikutnya untuk yang kedua kalinya, Kenshin bertemu dengan gurunya, Hiko Seijiro. Kenshin meminta gurunya untuk mengajarinya teknik terakhir dari Hiten mitsurugi.

Gurunya mengiyakan, namun dalam latihan pertama Kenshin tak ada apa-apanya dengan gurunya. Ia babak belur.

Kata gurunya, ada yang salah pada dirinya. Di tengah-tengah latihan yang serius dan menegangkan — lantaran sebelumnya gurunya mengatakan jika Kenshin tak menemukan jawaban atas apa yang salah pada dirinya, ia harus siap mati di tempat gurunya — gurunya menuntun Kenshin menemukan jawaban.

Gurunya mengatakan:

“Akhirnya kau menyadarinya.

Kau banyak merenggut nyawa selama perang, sebagai pembantai. Karena penyesalan itu, kau pikir hidupmu tak berharga.

Untuk mengatasi itu, kau harus kendalikan perasaanmu. Kau butuh kemauan untuk hidup.

Kau lemah karena hidupmu kau habiskam untuk melindungi orang tak berdaya. Itulah hal penting yang tak kau pahami dalam dirimu. Hidupmu sama berharganya dengan hidup orang lain.

Saat kau sadari itu, kau bisa kuasai teknik terakhir dari Hiten mistsurgi-ryu ini.

Hidupmu bukanlah milikmu sendiri.”

Setelah Kenshin menguasai teknik tersebut, dan hendak berpamitan untuk menghadapi Shisio, gurunya berpesan:

“Jangan hanya mengandalkan teknik itu.

Kau menanggung semua beban sendirian. Berhati-hatilah di era ini. Kemauanmu untuk hidup adalah yang terpenting.

Benjanjilah, Kenshin. Kau tak akan sia-siakan hidupmu. Jangan mati, murid bodoh!”

Zaim Ahya, Plumbon 07 Januari 2021

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.