“Ada banyak hal yang tak bisa terllihat, kecuali dengan mengubah cara berpikir dan sudut pandang” Uzumaki Boruto
Dalam memandang sesuatu hal, sudah sepantasnya tidak dengan satu sisi. Begitu pula dalam beragama, agar kita tidak terjebak dalam pemahaman yang “saklek”. Penulis menemukan contonya, yang salah satunya adalah Gus Baha.
Apa yang menarik dari Gus Baha? Selain kaya dengan bermacam-macam referensi, beliau mengajari kita beragama dengan berbagai sudut pandang. Salah satu yang beliau contohkan adalah perihal berkawan dengan orang fasik.
Beliau mengajukan pertanyaan perihal hukum berteman dengan orang fasik. Kata beliau, hukumnya haram. Namun, lanjut beliau, kalau dibalik berdakwah kepada orang fasik hukum hukumnya seperti apa, tentu baik.
Ini adalah salah satu bagaimana pentingnya melihat sesuatu dengan ragam sudut pandang. Dengan ragam sudut pandang ini pula, diketahui larangan berkawan dengan orang fasik itu kalau kita ikut mereka berbuat maksiat, berbeda dengan berkawan sebagai jalan dakwah.
Bukan merubah agama, tapi sudut pandang kita dalam beragama. Mungkin saja sudut pandang kita yang kurang tepat. Lalu bagaiamana cara memperoleh ragam sudut pandang? Meminjam istilah dari Day Milovic dalam tulisan Panduan Menulis Artikel, setiap menghadapi sesuatu, kita mengandaikan sebuah pernyatanyaan, “bisakah saya bertanya dengan cara yang lain?” atau “mungkinkah saya melihat ini dengan sudut pandang yang lain?”
Zaim Ahya, Founder takselesai.com