Sang Hujjatul Islam, Imam al-Ghazali dalam kitab Kimiaus Sa’adah mengatakan, bahwa kelak di hari akhir, manusia akan ditanya berkenaan dengan setiap sikap dan tindakannya.

Ada tiga pertaanyaan: “Kenapa Engkau Melakukannya?”, “Bagaimana Kamu Melakukannya?” dan “Apa tujuanmu malakukannya?”

Menurut Imam al-Ghazali, alasan pertanyaan pertama ditanyakan adalah karena sudah semestinya, setiap tindakan manusia didasari atau didorong oleh semangat Ilahiah, bukan dorongan setan, atau badaniah saja.

Jika orang tersebut lolos, dalam artian mampu menjawab dengan baik, maka akan dihadapkan dengan pertanyaan kedua.

Pertanyaan ke dua berperan menguji terkait bagaimana pekerjaan itu dilakukan, apakah dengan bijaksana, atau malah dengan lalai dan ceroboh.

Lalu pertanyaan ke tiga, ditanyakan untuk menguji apakah tindakan tersebut dilakukan hanya demi mencari ridha Allah, atau malah hanya untuk mendapatkan pujian manusia?

Imam al-Ghazali mengatakan, orang-orang yang memahami betul arti dari pertanyaan-pertanyaan di atas, akan sangat awas terhadap keadaan hatinya dan bagaimana ia berpikir, yang menjadi landasan ia bertindak.

Lalu, kenapa penulis dalam judul tulisan ini, mengakhiri dengan kalimat “Pengurus Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII)”?

Sebenarnya, tiga pertanyaan di atas, walaupun akan ditanyakan di masa depan, namun seakan-akan diproyeksikan untuk sekarang. Jika seseorang, dalam melakukan setiap tindakannya dilandasi dengan tiga pertanyaan di atas, maka tindakannya pun akan aman kelak di hari pertanggungjawaban.

Bagi pengurus PMII yang baru dilantik, cepat atau lambat akan merancang kegiatan organisasi dalam satu periode kepengurusan. Kegiatan tersebut nantinya juga akan diminta pertanggungjawaban. Maka, mengetahui tiga pertanyaan di atas, menjadi relevan bagi pengurus yang Baru Dilantik.

Kalau pengurus PMII selalu mengandaikan tiga pertanyaan al-Ghazali di atas sebelum melakukan kegiatan atau bersikap, tentu perjalanan kerja kepengurusan tidak akan keluar dari rel organisasi. Contohnya, PMII yang semula didirikan sebagai pergerakan tidak akan menjadi sekedar ‘kerumunan’ atau gerakan PMII menjadi nir visi yang jelas dan hanya menjadi tangan panjang isu pesanan!

Pertanyaan pertama, menanyakan tentang alasan kenapa melakukan kegiatan. Pertanyaan ini jika direnungkan, maka akan menuntut pengurus dalam merumuskan kegiatan, tidak asal-asalan. Pengurus dengan sekuat daya, akan mencoba menganalisis berkenaan relevan atau tidaknya sebuah kegiatan. Dengan begitu, nantinya ketika ditanya atau dimintai pertanggungjawaban, tidak akan muncul jawaban: “kegiatan ini dulu dilakukan pengurus sebelumnya”, namun akan menjawab: “setelah kami analisis, kegiatan ini masih relevan, dengan alasan….”

Setelah selesai merumuskan kegiatan apa yang relevan dilaksanakan, menjadi penting bagi pengurus untuk menjawab pertanyaan berkenaan pelaksanaan atau realisasinya. Pengurus akan menganalisis, bagaimana cara melaksanakan kegiatan secara baik, sesuai dengan yang dirumuskan di awal dan sesuai dengan visi-misi organisasi. Pengurus juga akan dituntut untuk menganalisis atau memetakan sumber daya yang dimiliki dan yang berpotensi dimiliki, atau diajak kerja sama.

Selanjutnya, pengurus akan dihadapkan terkait tujuan atau orientasi dari kegiatan tersebut. Pertanyaan ini akan menuntut pengurus untuk tidak disorientasi. Tidak keluar dari rel organisasi, yaitu kaderisasi yang bersifat gerakan kolektif dalam bingkai keislaman dan keindonesiaan.

Dengan mengandaikan tiga pertanyaan di atas, sebelum melakukan kegiatan, berpotensi akan menghindarkan pengurus dari ketidakmampuan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan (baca: membisu) kelak di hari Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) di akhir kepengurusan. Semoga begitu.

Kaliwungu, Agustus 2017

Zaimuddin Ahya
Departemen Pers dan Teknologi Informasi PC PMII Kota Semarang 2017

Pernah dimuat di pmiisemarang.or.id, Agustus 2017

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.