Sebelum mentari terbit, terdengar suara agak nyaring, yang khas dari mesin tua. Kira-kira pukul 05.30, Kamis 16 November 2017, kang santri, dengan bersarung cokelat, berkemaja biru, bersemangat menghidupkan Vespa buatan tahun 1978. Sudah 39 tahun lalu Vespa berwarna biru itu dibuat, tapi minat padanya tak padam. Kata kang santri yang biasa dipanggil Fatin:

“Semakin tua, Vespa semakin seksi”

Kang santri dengan Vespa Biru mulai menelusuri jalan Desa Plumbon-Kemuning. Dijumpainya beberapa penduduk sedang berjalan kaki. Ada yang berjalan menuju tempat bekerja membuat emping, makanan khas kota Limpung-Batang. Ada pula yang berjalan menuju sawah, dan yang hanya sekedar jalan-jalan. Semua orang yang dijumpai kang santri, minimal disapanya dengan senyum ramah lagi sopan. “Monggo” sapanya dengan senyum, hingga tampak beberapa biji giginya.

Tidak hanya jalan-jalan, sebenarnya kang santri berniat membeli serabi, yang menjadi makanan favoritnya. Tak sesuai dugaan, penjual serabi sedang sakit. Serabi libur dibuat. “Semoga beliau cepat sembuh” guman kang Fatin lirih.

Vespa Biru diajak berkeliling sampai keluar Desa Plumbon. Sampailah ke Desa Sebelah, Desa Bandungan. Disaksikannya, para petani menggarap sawah. Ada yang mencangkul, menyiram, dan pekerjaan-pekerjaan lain khas petani.

Kang santri kembali ke Pondoknya, TPI al-Hidayah. Beberapa orang menyebut Pondok Plumbon Lor. Ia kembali membalap mentari. “Mendung, mungkin akan sampai sore” ungkap santri yang empat tahun lagi berkepala tiga. [za]

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.