Membicarakan Gus Dur sebagai seorang pluralis adalah mainstream dan tidak kreatif. Begitulah kira-kira tulis aktivis NU Online A Khoirul Anam di dinding Facebook-nya (04/08/2018).

Mungkin benar adanya, yang membicarakan pluralisme Gus Dur sudah seabrek. Membincang Gus Dur dan pesantren, Gus Dur dan Kemanusiaan, Gus Dur dan Politik juga sudah banyak. Lalu apa yang belum meanstream dan agak kreatif? Mungkin menulis Gus Dur dan Vespanya—selain membicarakan Gus Dur sebagai Bos.

Mengutip buku Greg Barton Biografi Gus Dur, dulu kala di Jombang terkenal makanan ringan yang disebut “es lilin Gus Dur”. Gus Dur dulu rajin berkeliling dengan membawa 15 tremos es yang diisi penuh dengan es lilin, yang ia antar ke pos-pos strategis di kota. Gus Dur naik vespa saat mengantarkan es lilin tersebut. Vespa yang dipakai Gus Dur adalah pemberian ibunya.

Diceritakan, rumah baru Gus Dur bersama sang istri Ibu Sinta Nuriah di Jombang selesai dibangun pada 1973, kira-kira tiga tahun setelah kepulangan Gus Dur ke Indonesia. Pada tahun itu pula, putri pertama pasangan santri-santriwati itu lahir, yang diberi nama Alissa.

Sebagai sebuah keluarga, Gus Dur dan Ibu Sinta Nuriah memerlukan biaya untuk kebutuhan keluarga. Honor yang didapat Gus Dur dari artikel-artikel dan ceramah-ceramahnya tidak mencukupi kebutuhan keluarga. Ide pun terbesit di benak sang istri, karena melihat banyaknya pelajar di Jombang, memilih menjual makanan ringan.

Selain es lilin, Gus Dur dan Ibu Sinta Nuriah menjual kacang tayamum (cara membuat kacang ini: menggoreng kacang tanah dengan pasir panas). Setiap malam Gus Dur memasukkan kurang lebih dua puluh lima butir kacang ke dalam kantong plastik, lalu di teruskan oleh Ibu Sinta Nuriah dengan menggerakkan bagian atas kantong plastik di atas lilin hingga tertutup rapat. Begitu tulis Greg di bukunya.

Aktivitas Gus Dur dengan Vespanya dibenarkan oleh salah satu pengasuh pesantren putra Tambakberas Abah Fathonah. Ada keterangan Vespa Gus Dur berwana hijau. Kata beliau, kalau pas bensinya habis, Gus Dur menggulingkan Vespanya (Jawa: nggelundungno). Tapi sayang Abah Fathonah tidak tahu di mana keberadaan Vespa Gus Dur sekarang (M. Taufik, merdeka.com).

Putri sulung Gus Dur Alissa Wahid juga masih ingat betul, saat naik Vespa bersama ayah ibunya. “Jadi inget dulu saya sering bonceng, naik di depan sini,” kata Alissa dengan menunjuk lukisan Gus Dur dan Ibu Sinta Nuriah naik Vespa di pameran ‘Membingkai Gus Dur Membingkai Indonesia yang berlokasi di Galeri Perpustakan Gedung Universitas Sanata Dharma (Wahyu Setiawan N, tribunjogja.com).

Dalam catatan Greg, Gus Dur pernah tertabrak mobil saat mengendari Vespanya, dan mengakibatkan retina mata kirinya terlepas.
Selain suka naik Vespa, Gus Dur juga pernah mendorong Vespa milik KH. Sanusi Baso yang mogok di tengah jalan, sebagaimana disampaikan kiai yang juga teman Gus Dur di Mesir (Syamsul Arifin, jatimtimes.com).

Zaim Ahya, Founder takselesai.com

Tulisan ini dimuat pertama kali di alif.id

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.