Setiap keluar rumah dan menapaki jalan di desa, tak jarang gambaran keriuhan jalan di masa kecil tampak begitu jelas.

Dulu, dengan ukuran mataku yang masih kanak-kanak, jalan, sawah, langgar, terlihat rame. Ada musiman, istilahnya begitu, yang berganti.

Musim sepeda, musim layang-layang, musim jangkrik, musim mancing, musim jeguran di sungai, musim petak umpet, musim patahan, musim lompat tali karet dan musim-musim yang lain silih berganti.

Semua musim terasa rame dan riuh, yang kadang diwarnai sedikit pertengkaran yang sebentar dengan teman hanya lantaran berebut layang-layang misalnya. Siang bertengkar, malamnya bersendau gurau di langgar tanpa dendam.

Sekarang tampak sudah berubah: diri yang semakin berumur dan beberap sepuh telah berpulang. Bangunan-bangunan yang menjadi saksi masa itu pun perlahan menjadi puing-puing dan lalu menjelma bangunan yang baru.

Kenangan masa kecil semakin menyeruak ketika mendung menurunkan air hujan seperti sekarang.

Zaim Ahya, pemilik kedai tak selesai

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.