Setiap orang, dalam hidup mereka, pasti pernah mengingkari janji. Tapi, beberapa orang melakukannya lebih sering dari pada orang lain. Tapi, kenapa mereka mengingkari janji? Dan membuat janji yang tak bisa ditepati?

Saya pernah membuat janji kepada beberapa teman, yang kemudian tidak menepatinya. Beberapa janji itu juga pernah saya tepati, tapi dalam waktu yang lama. Mereka adalah teman-teman yang baik, jika tidak, tentu hubungan kita tidak baik-baik saja, karena saya merusaknya dengan pengingkaran janji yang saya lakukan. Jika mereka adalah orang lain dalam bisnis yang saya jalin, tentu bisnis saya akan cepat berakhir. Karena pelanggaran janji adalah cara termudah (dan tercepat) dalam membunuh suatu hubungan.

Janji dan Hubungan

Janji sangat lekat pada kehidupan kita. Seakan-akan kehidupan ini dibangun di atas janji-janji. Janji orang tua untuk mengajak anaknya jalan-jalan atau membelikan suatu mainan, jika anaknya mendapat prestasi di kelas. Janji seorang murid kepada guru, setelah melakukan kesalahan. Janji pada diri sendiri, atau janji pada seorang teman. Janji teman untuk seorang teman. Janji para pengatur negara untuk rakyat. Bahkan, banyak film yang alur dan adegannya dibangun di atas janji.

Janji sangat penting bagi sebuah hubungan. Janji memberikan rasa aman, memberikan harapan pada masa depan semua orang yang terikat dalam sebuah hubungan. Janji meningkatkan kepercayaan.

Seperti dalam sebuah hubungan asmara. Katakanlah, anda menjanjikan sesuatu kepada pasangan anda. Janji itu akan membuat pasangan anda merasa sangat senang, dan tentunya akan memperkuat hubungan anda. Atau janji dalam hubungan bisnis, anda menjanjikan sesuatu kepada klien anda. Sebuah janji akan mempermudah sebuah lobi atau kerjasama antara anda dengan klien atau mitra. Tapi, jika janji itu ditepati.

Janji yang ditepati, akan membuat sesuatu yang luar biasa. Seperti janji naruto kepada Sakura untuk membawa kembali Sasuke. Memberikan kehidupan yang lebih baik. Menguatkan hubungan persahabatan. Namun berbeda, jika mengingkari janji. Itu akan membuat kekacauan. Seperti cerita dalam mitologi Yunani, Pandora’s Box. Ketika mendapat hadiah perkawinannya dengan Epimetheus, saudara Promotheus, Pandora berjanji tidak akan membuka kotak hadiah itu. Tapi suatu ketika, ia membuka kotak, dan bencana tak lagi terhindarkan. Segala macam keburukan dan malapetaka keluar dari kotak itu.

Membuat janji memang sangat menggiurkan. Hanya dengan bermodalkan janji, kita bisa meningkatkan citra diri kita di hadapan semua orang. Karena janji, banyak orang yang berharap pada kita. Inilah salah satu alasan, kenapa banyak politikus yang awal kampanyenya bermodalkan janji.

Di sisi lain, janji mudah dibuat, layaknya berbicara omong kosong. Hal ini berbeda dengan realisasi janji, atau mencoba untuk menepati janji. Menepati janji itu lebih sulit dari apa yang dibayangkan, karena kita harus menyalurkan tenaga, pikiran, dan lain sebagainya. Perealisasian janji tidak bisa dipisahkan dari unsur teknis, dan konteks yang mengitarinya.

Maka, kita perlu untuk menjaga mulut kita, untuk tidak mudah membuat janji. Memang, sebagaimana yang telah disebutkan, janji dapat menumbuhkan kepercayaan orang lain kepada anda. Tapi, jika satu saja janji anda tidak ditepati, akan menurunkan derajat anda, harga diri anda. Anthony Hitt, seorang bisnisman dari Amerika mengungkapkan: “Keep every promise you make and only make promises you can keep.”

Kenapa Kita Mengingkari Janji?

Memang tidak ada penyebab pasti terkait hal ini. Orang yang mengingkari janji, tidak mempunyai satu sebab. Motivasi untuk mengingkari janji itu berbeda-beda. Mari kita renungkan, apakah kita pernah mengingkari janji? Dan kenapa kita mengingkarinya?

Saya teringat janji-janji saya pada beberapa teman. Ketika saya membuat janji pada teman saya, dan kemudian tidak saya tepati, mungkin saya tidak bisa tegas dalam mengambil keputusan. Atau dengan kata lain, saya tidak bisa mengatakan “tidak” pada apa yang teman saya minta. Akhirnya, saya harus menanggung janji untuk melakukan suatu hal, yang mungkin tidak saya inginkan, atau tidak saya mampu. Pengingkaran janji itu bermula pada rasa “tidak enak” pada teman saya. Dan saya yakin, banyak di luar sana yang mengalami kondisi seperti ini.

Apakah anda pernah berjanji karena ingin mendapat balasan? Semua orang, termasuk saya, mungkin, pernah melakukan hal ini. Seperti ketika orang tua yang berjanji kepada anaknya untuk membelikan mainan robot, ketika anaknya berhasil meraih prestasi di sekolah. Janji orang tua ke anak ini rawan terciderai, jika si orang tua tidak mendapatkan apa yang diinginkan dari anaknya, prestasi.

Pelanggaran terhadap janji juga bisa dipicu karena adanya “penipuan-diri”. Pernahkah anda menemui seseorang yang mudah sekali berjanji, dan seakan yakin bahwa dia mampu melakukan janji itu? Atau orang yang terlalu percaya diri pada dirinya, dan sama sekali tidak mengetahui batasan dirinya. Atau malah kita pernah mengalaminy? Seakan kita bisa melakukan, kemudian kita berjanji. Biasanya hal ini dipicu oleh momen tertentu. Seperti ketika suatu kelompok melakukan gebrakan yang hebat, lantas, ada seseorang yang berjanji untuk mengemban suatu tugas, tanpa melihat dulu kapasitas atau batasan dirinya.

Melihat beberapa alasan itu, kenapa seseorang bisa mengingkari janji, tidak mesti memiliki niatan yang buruk. Mereka mungkin menghadapi masalah pribadi yang rumit. Mungkin ada baiknya, jika orang yang melanggar janji tidak selaku dicap buruk, apalagi dijauhi.

Alasan lain, kenapa kita, atau saya pribadi, melanggar janji adalah: terlalu menyepelekan apa yang dijanjikan, kegagalan dalam perencanaan, mempunyai prioritas lain, keadaan yang tak terduga, dan mungkin anda punya daftar selanjutnya.

Satu hal penting untuk dipertimbangkan sebelum membuat janji, apakah kita yakin mampu melaksanakan janji itu, dengan segala kemampuan dan kondisi yang ada? Jika tidak yakin dan merasa mampu, kita akan sulit untuk menepati janji.

Saya pernah berjanji kepada teman, tetapi sampai saat ini janji itu belum tertepati sepenuhnya. Janji untuk menulis. Mungkin, ulasan ringan ini bisa menggugurkan, atau sekadar menyusutkan janji itu. Memang bukan tulisan yang dalam atau tulisan layak-baca. Tapi, setidaknya tulisan ini lahir dari usaha dan kegelisahan.

Cak Adib
[Logo maker (dan desainer grafis), owner namlio, penikmat manga, anime, dan lagu jepang]

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.