Untuk pendahuluan saya kutipkan dua quote tentang menulis:

“Menulis adalah perlawanan terhadap pembodohan, pemiskinan, dan ketidakadilan. Menulis merupakan tindakan abadi, akan dibaca oleh anak cucu nanti. Terimalah status penulis sebagai sebuah tanggung jawab besar. Jangan pernah malu menyatakan-diri menjadi seorang penulis. Menjadi seorang penulis memiliki tanggung jawab sama sebagaimana guru, petani, dan buruh. Tanggung jawab menjadi manusia. Jalan Anda untuk menulis adalah jalan mulia jika Anda berjuang dan selalu belajar “menjadi” (to become) seorang penulis, bukan “sebagai” (to be) seorang penulis” [Day Milovich]

“Tidak ada tulisan yang tidak baik di dunia ini, kecuali tulisan yang tidak jadi, bukan yang belum jadi” [Muhammad Abdullah Badri]

Mari kita mulai dengan pertanyaan: kenapa seseorang menulis artikel?

Tentu jawabannya berbeda-beda, sesuai dengan pribadi penulisnya.

Kenapa saya selalu berusaha menulis? Bagi saya menulis itu bisa menjadi catatan perjalanan pengetahuan kita.

Saya sendiri, kadang lupa dan heran, ternyata pernah menulis tentang “….”, misalnya.

Selain itu, menulis adalah sedekah pengetahuan (minimal share), kadang pula sebagai sikap kita atas apa yang terjadi. Bisa kritik, catatan atau argumen penguat.

Tahapan menulis

Dalam beberapa pelatihan menulis, biasanya peserta bertanya, apa bedanya opini, artikel, kolom dan esai?

Kita kesampingkan dulu perbedaan antara mereka, karena memang batasnya juga kadang kabur dan tak kaku. Pada intinya, beberapa jenis itu adalah cara kita mengungkapkan pikiran atau pendapat.

Tahap pertama yang kita lakukan adalah membentuk gagasan, atau ide menulis.

Mungkin teman-teman pernah, sudah berjam-jam di depan laptop, tapi ide menulis tak kunjung datang. Atau kadang lagi menulis satu paragraf, macet dan tak tahu harus menuliskan apa lagi.
Lalu, bagaimana cara membentuk gagasan?

Memulai dengan pertanyaan. Pertanyaan berperan dalam membentuk gagasan.

Misalnya terlihat tumpukan kertas yang banyak dan terjadi setiap hari. Seorang penulis akan mengejar fenomena itu dengan berbagai pertanyaan.

Kira-kira, kalau kertas setiap hari yang digunakan sangat banyak, padahal kertas itu bahannya adalah pohon, lalu berapa pohon yang ditebang untuk kebutuhan kertas itu? Adakah berimbang dengan penanaman pohon? Adakah berkurangnya pepohonan punya sumbangsih atas pemanasan global? Dan bencana alam?

Saya dulu saat masih di pesantren Alfadllu Kaliwungu Kendal, sehari sebelum lebaran ikut membuat ketupat dari janur.

Ada yang menarik dalam proses pembuatannya. Janur diregangkan, namun formasi asalnya jangan sampai rusak. Lalu saya terinspirasi, bagaimana kalau prinsip pembuatan ketupat ini dikaitkan dengan metode dakwah. Jadilah kolom dengan judul: Berdakwahlah Seperti Membuat Ketupat

Pernah juga, suatu ketika, saya sedang memberi makna pegon kitab kuning. Dalam tradisi pesantren, ketika mendapati sebuah perbedaan dalam memberi makna atau redaksi, santri tidak langsung menghapus, namun menandai dengan kalimat لعل الصواب (kemungkinan yang betul adalah…). Tradisi ini lalu saya kaitkan dengan tidak memutlakkan kebenaran pendapat sendiri, dan semata-mata menyalahkan pendapat orang lain yang berbeda. Jadi tulisan Ketika Santri Menemukan Kesalahan Redaksi dalam Kitab kuning

Saya juga pernah mempersoalkan, ketika Menteri Ryamizard Ryacudu menggelorakan dan mewajibkan bela negara bagi semua rakyat Indonesia, kalau tidak salah tahun 2015.

Saya mempertanyakan, kenapa tiba-tiba, ada apa dengan bela negara kita selama ini? Apa bentuk bela negara beda-beda tiap orang? Misalnya pemerintah dan rakyat?
Akhirnya jadi tulisan Bela Negara untuk Siapa?

Perihal pentingnya pertanyaan atau bertanya, saya pernah mengulasnya di takselesai.com. dengan judul: Kenapa Kita Sulit Bertanya?

Lagi, ketika terjadi gesekan pemilihan Gubernur DKI yang waktunya beriringan dengan sewindu kepergian Gus Dur dan menjelang Pemilu 2019, saya berpikir, akan bahaya bagi persatuan bangsa kalau pemilu 2019 seperti atau melebihi kisruh pemilihan Gubernur DKI. Saya berpikir, bagaimana kalau sepak terjang perjalanan politik Gus Dur di gunakan sebagai alat kritik atau pisau analis perihal hiruk pikuk pemilihan Gubernur DKI dan sebagai pengingat dalam menyambut pemilu 2019.
Ini lalu jadi tulisan Sewindu Kepergian Gus Dur dan Pemilu 2019

Begitu kira-kira, kalau kita rajin bertanya, entah saat mengobrol, melihat fenomena, baca buku, menonton film dan lain sebagainya, berpotensi muncul ide atau gagasan menarik yang bisa ditulis.

Ini ada quote yang berhubungan dengan pertanyaan dan cara membentuk gagasan:

“Mencari hubungan antar fakta yang terpinggirkan. Pikirkan beberapa kejadian, yang hampir sama, kemudian cari hal-hal yang ada di sekitarnya, kemudian hubungkan. Tanpa menimbang fakta-fakta yang terpinggirkan, sebuah artikel hanya akan meringkas berita, sehingga analisis dan interpretasi hanya akan menyajikan pernyataan usang. Hubungan fakta-fakta terpinggirkan, akan menghasilkan sudut-pandang yang berbeda, unik, dan luput dari perhatian pembaca”. (Day Milovich)

Tanya Jawab

Ada beberapa penulis yang rajin menulis diary, bagaimana dengan Anda?

Saya tidak menulis diary, tapi saya suka mencatat ide yang kadang tiba-tiba terlintas.
Ide ini tidak selalu langsung saya buat tulisan utuh. Kadang saya diamkan, dan saya selesaikan dikemudian hari. Misal tulisan saya di alif.id ini: Melalui Novel Pram Memberi Wejangan Menulis

Tulisan ini idenya sudah muncul satu tahun lebih dulu, baru satu tahun kemudian saya kerjakan menjadi tulisan utuh.

Saya juga gemar mencatat kalimat atau keterangan dari buku dan film. Kadang saya buat status Facebook, atau Twitter. Ternyata kadang quote itu bisa jadi tulisan di kemudian hari, minimal jadi pendukung sebuah tulisan lebih kaya.
Saya pakai aplikasi evernote untuk mencatat quote. Keuntungannya catatan terkoneksi dengan email, jadi semisal smartphone ganti, catatan masih utuh.

Bagaimana supaya tidak macet di tengah jalan saat menulis?

Untuk menghindari macet di tengah jalan, sebelum menulis, ada baiknya buat outline. Kira-kira poin-poin apa saja yang akan di sampaikan. Makanya penting juga sebelum menulis, mempertajam ide atau gagasan, bisa dengan penelusuran data atau referensi.

Tapi, setiap penulis punya caranya sendiri yang unik, yang kadang beda dengan penulis lain. Proses kreatif istilahnya. Tapi sebagai pemula, outline itu penting.

Bagaimana jika ide awal berubah?

Ide awal berubah? Tidak masalah. Bisa ditanggulangi dengan mencatat ide awal dan ide yang baru. Hal semacam ini, kadang malah bisa jadi dua tulisan sekaligus. Menarik bukan? Karena penulis itu, selalu memasuki dunia yang baru. Ide bisa berkembang!

Tentang ide, ada tulisan menarik, ini: Ide Datang dari Proses

Zaim Ahya, pemilik takselesai.com

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.