Seorang pendekar, dalam serial kungfu, menerobos ke istana raja, ingin menggulingkan kerajaan.

Terjadi pertarungan antara pendekar dan raja. Di tengah-tengah pertarungan, sang raja berkata, bahwa ia telah punya daftar anggota di bawah komando sang pendekar. Jika mau, raja bisa saja menangkap mereka semua.

“Apa jika kau berhasil merebut tahta, kehidupan rakyat akan jauh lebih baik? Berapa banyak yang harus tumpah pula untuk proses itu?” Begitu kira-kira kata raja.

Sang pendekar pun berpikir, dan ia memutuskan tidak meneruskan niat awalnya. Ia pergi dari kerajaaan, dan menitipkan surat untuk raja. Katanya, ia akan kembali, jika pemerintah semena-mena dan menyebabkan rakyat sengsara.

“Benar-benar pendekar sejati!” Kata raja membaca surat sang pendekar.

#

Tahun 1998, pasca Soeharto dilengserkan, terjadi berbagai kekacauan. Gus Dur berusaha menemui beberapa pihak, termasuk Soeharto. Langkah Gus Dur dinilai tidak populer, tapi Gus Dur menjawab:

“Kalau menghitung popularitas dan sebagainya, ya tidak jadi apa-apa dan tidak mengarah ke tujuan negara ini. Bangsa ini akan hancur berantakan. Saya nggak tega melihat bangsa ini hancur berantakan. Apapun alasannya”.

Lalu Gus Dur jadi presiden. Belum genap satu periode, Gus Dur dilengserkan, dengan tuduhan yang tak terbukti, bahkan sampai sekarang.

Para pendukung Gus Dur mulai berduyun-duyun ke istana. Ingin membela Gus Dur. Mereka siap. Namun Gus Dur milih mundur, menghindari perang saudara.

“Saya dulu jadi presiden dilengserkan. La terus bagaimana? 300.000 orang sudah tanda tangan mempertahankan saya, bila perlu korban nyawa. Cuma saya berpiikir, jabatan di negara ini, tinggi apa sih presiden itu? Kok harus meneteskan darah manusia Indonesia. Boten perlu. Besok-besok akan terbukti sendiri” kata Gus Dur.

#

Sultan Hadiwidjaya atau Jaka Tingkir raja Pajang kalah dalam pertarungan menghadapi menantunya sendiri, Sutawidjaya. Tahtanya direbut.

Lalu ia kembali ke tempat ibunya di Semenep Madura, guna mencari ‘modal baru’ pertarungan, dengan niat akan kembali merebut tahtanya.

Jaka Tingkir adalah penganut tarekat Qodiriyyah, ia pun mendapat 40 macam kanuragan atau kesaktian. Lalu ia kembali ke Pajang.

Dalam perjalanan, kata Gus Dur di pulau Pringgobayan, Jaka Tingkir tertidur. Dalam tidurnya, Jaka Tingkir mengalami rukyah atau vision, berjumpa dengan gurunya.

Jaka Tingkir dilarang gurunya meneruskan perjalanan ke Pajang. Gurunya menyuruhnya tetap tinggal.

“Untuk apa ia kembali ke Pajang, jika hanya untuk menuntut balas ke Sutawidjaya” tulis Gus Dur menceritakan pertemuan Jata Tingkir dan gurunya.

“Padahal, kanuragan yang dimilikinya tidak untuk merebut tahta kerajaan dari menantunya. Kalau hal itu yang dilakukan, ia hanya akan menjadi korban nafsu kekuasaan belaka. Dengan sendirinya, ia harus menahan diri dan mengembangkan sesuatu yang baru, yang harus dilakukannya tidak dari pusat kekuasaan di Pajang, melainkan dari tempat ia berada, yaitu di Pringgabayan” lanjut Gus Dur

#

Dalam film Save General Wu, dikatakan: “Tunaikan janji, bukan dendam!”

Referensi:
Majalah Tempo edisi 28 Desember 1998. Wawancara “Abdurrahman Wahid: Saya Nggak Mau Bangsa Ini Terbakar” oleh Wahyu Muryadi dan Agus S. Riyanto.

Kumpulan Kolom dan Artikel Abdurrahman Wahid Era Lengser, Membaca Sejarah Lama (2), Lkis Yogyakarta.

Zaim Ahya, 22 Mei 2019, ditulis di pinggir sawah.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.