Abdul Karim al-Jili mengatakan:

قال الجيلى (لقد اجتمعت بأفلاطون الذي يعده اهل الظاهر كافرا، فرأيته قد ملأ العالم الغيبي نورا وبهجة، ورأيت له مكانة لم ارها الا لآحاد من الاولياء، فقلت له: من انت؟ قال: قطب الزمان وواحد الأوان). الانسان الكامل (2 / 53ـ52).

Aku bertemu Plato yang dianggap kafir oleh kaum literalis. Aku melihat dia di alam metafisika yang penuh cahaya nan megah. Aku melihat dia di suatu tempat yang tidak pernah aku lihat diduduki siapapun selain wali. Aku katakan : siapakah anda?. Dia menjawab : “aku kutub zaman”.(Insan Kamil, 2/52-53).

(إن أرسطو تلميذ أفلاطون لزم خدمة الخضر، واستفاد منه علوماً جمة، وكان من تلامذته). (الإنسان الكامل 117/2)

“Aristo, murid Plato, mengabdi dan belajar segudang ilmu pengetahuan pada Nabi Khidhir. Ia adalah salah satu santrinya. (Insan Kamil, 2/117).

Aristo dan Nabi Khidhir

Nabi Musa diminta Tuhan menemui seseorang (Nabi Khidir) di sebuah pantai “Majma’ al-Bahrain”, dua lautan dengan rasa air yang berbeda : tawar dan asin. Keduanya bertemu tetapi tidak bercampur. Di antara keduanya ada ruang (barzakh) . Di situ ada air yang disebut “Ma al-Hayah”, air kehidupan. Platon mengatakan :

ان من شرب من ماء الحياة فانه لا يموت

“Siapa saja yang minum air dari “air kehidupan ini tak akan mati selamanya”.

Menurut Abdul Karim al-Jili, Platon telah sampai ke tempat ini dan minum air tersebut. Dia hidup sampai hari ini.

Aristoteles, atas saran Platon, gurunya itu, berangkat menuju “Majma’ al-Bahrain”. Iskandar Agung, muridnya ikut serta dengan diiringi para pengawal.

Dalam perjalanan menuju pantai itu mereka bertemu seorang pemuda yang di kemudian hari dikenal sebagai Khidhir. Ia bergabung bersama mereka. Dalam perjalanan, Aristo dan Khidhir memisahkan diri. Iskandar dan para pengawalnya terus berjalan sampai melewati “Maraj al-Bahrain”. Mereka tidak mengetahui tempat itu, padahal itu yang dituju. Mereka terus berjalan tanpa arah, dan kebingungan, lalu berhenti.

Sementara Khidhir berhenti dan Aristopun mengikutinya, berhenti di tempat itu (pertemuan dua lautan) Aristo melihat Khidhir minum “Ma al-Hayat” (air kehidupan). Ia ikut minum. Ia juga menyaksikan Khidhir berjalan di atas air laut, mandi dan berenang serta keanehan-keanehan lainnya. Aristo menyimpan dan merahahasiakan keanehan-keanehan itu. Ia tak pernah menceritakannya kepada muridnya : “Alexander the Great”, raja Macedonia itu, kecuali sesudah Iskandar kembali.

فلزم الخضر واستفاد منه علوما جمة

Aristo berhari-hari bersama Khidhir. Ia belajar banyak sekali ilmu pengetahuan dari sang Nabi.

Seperti gurunya Aristo juga masih hidup hingga hari ini, berkat minum “air kehidupan” itu.

Ahad, 02 Desember 2018

KH Husein Muhammad, Pencinta kajian-kajian keislaman, utamanya di bidang ilmu fikih, tema-tema keperempuanan, dan ilmu tasawuf.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.