Saya membaca buku ini lantara melihat salah seorang teman membacanya. Di antara sejawatnya, bisa dikatakan ia cukup progresif, dan aktif dalam kegiatan-kegiatan permberdayaan sosial.

Judulnya menarik, khas buku-buku sejenisnya, yang berupaya menawarkan cara berpikir. Tidak seperti buku-buku filsafat yang oleh beberapa orang, khususnya pemula, terasa jlimet, buku ini lebih renyah, dan banyak cerita-cerita yang disisipkan.

Buku ini dimulai dengan bab pertama, dengan judul “Berpikir dengan cara yang berbeda”. Di bab ini, kita diajak memamahi dua cara berpikir: korvergen dan divergen.

Yang menarik, penulis memulainya dengan narasi tentang aktivitas kita sehari-hari. Menurut penulis, kita yang cenderung mengulang aktivitas kita sehari-hari, seperti pergi ke sekolah atau tempat kerja, cendurung berpikir dengan cara konvergen.

Berpikir analitis dan mencari pola yang cenderung teratur murupakan bentuk dari berpikir dengan cara konvergen ini. Dan ini turut terkondisikan dengan pola aktivitas kita yang tetap.

Cara berpikir yang demikian tidak disalahkan penulis. Bahkan, diakui oleh penulis, bahwa berpikir dengan cara konvergen ini hanyak manfaatnya. Namun, kata penulis, konvergen bukanlah satu-satunya cara kita berpikir atau cara kita melihat dunia ini. Membatasi diri dengan cara berpikir konvergen sama jaga mengukung potensi diri sendiri untuk melejit.

Penulis mengetengahkan cara berpikir divergen, yang maksudnya sudah diisyaratkan dalam judul bab satu, yakni berpikir dengan cara yang berbeda. Berpikir dengan cara divergen berarti kita mencoba keluar dari kebiasaan berpikir kita yang cenderung analitis dan berpola. Kita mencoba melihat sesuatu dari sudut yang berbeda, bahkan dari sisi yang tidak masuk akal sekalipun. Kalau boleh mengistilahkan, berpikir divergen bisa dikatakan berpikir yang lebih mendasarkan pada imajinasi.

Punulis menyebut beberapa pemikir yang sepertinya dianggapnya sebagai orang-orang yang menerapkan cara berpikir divergen. Albert Einstein adalah satu yang disebut. Dengan melihat dari sudut pandang yang berbeda, Arbert Einstein merumuskan teori relativitasnya, yang sifatnya berbeda dengan pendahulunya, Isac Newton perihal teori gravitasi.

Pernyataan Einstein “Imajinasi lebih penting dari pengetahuan,” tampaknya terkait dengan hal ini.

Cara berpikir divergen ini pernah saya dapati contohnya dalam Anime Boruto. Saya lupa, tepatnya episode berapa.

Boruto, di episode tersebut, terjebak dalam ruangan. Jalan keluarnya tertutup oleh semacam pintu yang terbuat dari batu.

Supaya bisa keluar, ia harus meletakkan puzzle yang berserakan di lantai ke lobang-lobang yang berada pda pintu tersebut secara menyeluruh dan sesuai.

Tersisa tinggal satu lobang, tapi tidak ada puzzle yang cocok. Boruto tidak putus asa, sebagaimana diharapkan oleh penjaga ruangan tersebut. Lalu secara tidak sengaja ia menginjak salah satu puzzle, hingga terbelah jadi dua.

Boruto pun menemukan ide, dia memecah satu puzzle dan menggabungkannya dengan puzzle yang lain, sehingga bisa menutup lobang yang tersisa secara pas. Akhirnya pintu pun terbuka.

Ketika ditanya oleh penjaga ruangan tersebut, perihal idenya itu, Boruto menjawab:

“Ada banyak hal yang tak bisa terllihat, kecuali dengan mengubah cara berpikir dan sudut pandang.”

Penulis buku ini menyarankan kita untuk menggunakan cara berpikir ini. Tapi, dalam praktiknya, kita tidak dianjurkan mencampuraduk keduanya. Karena, ketika kita berpikir dengan cara divergen beberengan dengan kita yang berpikir secara konvergen, pandangan-pandangan dari cara berpikir divergen akan langsung dieliminasi oleh cara berpikir konvergen.

Lalu bagaimana?

Dua cara berpikir ini bisa kita gunakan secara bergantian, untuk saling melengkapi. Misalnya dalam sebuah rapat atau diskusi, kita mencoba untuk berpikir secara divergen, sehingga imajinasi kreatif kita menjumbul. Setelah itu, baru kita analisis dengan cara berpikir konvergen, dengan mempertimbangkan berbagai hal dan konsekuensinya.

Bagaimana? Anda termasuk pemikir konvergen atau divergen? Atau kombinasi dari keduanya?

Zaim Ahya, Plumbon 15 Desember 2024

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.