Kalau tidak banyak akal, bukan Abu Nawas namanya. Siasatnya begitu beragam, dan kadang muncul secara spontan. Tak ayal, Khalifah Harun Rasyid, yang kadang awalnya bermaksudnya menghukumnya, justru tertawa dan mengampuninya.

Konon, Khalifah Harun Rasyid memiliki budak perempuan yang bernama Khalishah. Rupanya sangat cantik. Khalifah Harun Rasyid pun sangat terkagum-kagum padanya, dan memberinya kalung emas.

Abu Nawas pun diundang ke istana. Abu Nawas diminta mendendangkan syair untuk Khalishah. Abu Nawas pun melaksanakan tugasnya. Tapi, Khalifah Harun Rasyid tak menghiraukan Abu Nawas. Sang Khalifah masih terpana dengan Khalishah.

Abu Nawas menjadi kesal. Ia dongkol karena diabaikan begitu saja. Akhirnya, Abu Nawas menulis syair di pintu kamar Khalishah.

لقد ضاع شعري على بابكم # كما ضاع عقد على خالصة

“Sungguh syairku tersia-sia di atas pintu kalian # sebagaimana tersia-sianya kalung emas pada Khalishah.”

Khalishah membacanya, dan ia tersinggung. Abu Nawas dilaporkan kepada Khalifah Harun Rasyid, lantaran syairnya yang terksesan menyinggung Khalishah.

Khalifah marah. Abu Nawas dipanggil. Dan akan dihukum.

Sebelum ke istana, Abu Nawas sudah menduga, ia akan dimarahi Khalifah, bahkan dihukum karena syair yang ia tulis di pintu kamar Khalishah.

Sebelum menghadap Raja, Abu Nawas lewat depan kamar Khalishah. Ia pun merubah huruf ‘ain pada syairnya menjadi hamzah.

Abu Nawas menghadap Khalifah Harun Rasyid, yang tampak marah kepadanya.

“Apa yang menyebabkan anda marah, paduka. Saya benar-benar tidak tahu,” kata Abu Nawas pura-pura bodoh.

Abu Nawas lalu diintrogasi perihal syair yang ia tulis, yang menyinggung Khalishah. Tapi Abu Nawas mengelak, dan mengatakan bahwa ia justru menulis syair yang memuji Khalishah.

Khalifah bertambah marah. Ia menyatakan, jika Abu Nawas berbohong, ia akan dihukum berat.

Akhirnya, untuk membuktikan pengakuan Abu Nawas, mereka menuju kamar Khalishah. Khalifah mendapati syair yang telah diedit oleh Abu Nawas, yang awalnya mencela Khalishah telah berubah jadi memuji Khalishah.

لقد ضاء شعري على بابكم # كما ضاء عقد على خالصة

“Sungguh syairku bersinar di atas pintu kalian # sebagaimana bersinarnya kalung emas pada Khalishah.”

Khalifah Harun Rasyid tertawa. Ia tahu kecerdikan Abu Nawas yang telah mengubah huruf ‘ain menjadi hamzah, sehingga artinya telah berubah. Abu Nawas pun tak jadi dihukum. Bahkan dia diberi hadiah oleh Khalifah.

Apa yang dilakukan Abu Nawas, yakni merubah huruf ‘ain menjadi hamzah, dalam Ilmu Balaghah disebut Badi’ Muwarabah, sebagaimana dijelaskan oleh al-Hasyimi dalam kitab Jawahirul Balaghah.

Badi’ Muwarabah termasuk katagori cara memperindah lafaz dalam bahasa Arab. Penyair mendesain kalimatnya sedemikian rupa, sehingga memungkinkan untuk dirubah, supaya ia bisa terbebas dari tuntutan, sebagaiman dilakukan oleh Abu Nawas.

Menarik bukan?

Referensi:

Jawahirul Balaghah karya al-Sayyid Ahmad al-Hasyimi

E3arabi (e3arabi.com)

Zaim Ahya, Kedai tak selesai 1 September 2024

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.