Pernahkah Anda bermimpi mewujudkan keadaan dunia yang lebih baik? Dunia tanpa “The top one ‎percent of the top one percent, the guys that play God without permission” (segelintir konglomerat ‎yang paling berkuasa). Itulah yang coba dilakukan oleh Elliot Alderson bersama kelompoknya, ‎Fsociety.‎

Melalui kecerdasan yang dimilikinya dalam hal coding dan hacking, ia bersama adik dan dua ‎temannya, Darlene, Mobley, dan Trenton memulai aksi untuk menghancurkan E Corp (Evil Corp: ‎perusahaan jahat), sebuah perusahaan raksasa yang menguasai berbagai bidang: teknologi, ‎perbankan, properti, bahkan energi. Sebuah perusahaan yang juga telah merenggut nyawa ‎ayahnya. ‎

Tetapi E Corp bukanlah bagian terbesar dari jaringan konglomerat paling berkuasa rupanya. Ia ‎masih di bawah kendali The Dark Army, semacam kelompok penjahat dan psikopat yang dipimpin ‎oleh Whiterose. Ia juga pemimpin tertinggi dari grup Deus, grup para konglomerat besar dari ‎seluruh dunia yang jumlahnya 100 orang, di mana dalam hubungan yang belakangan ini, Whiterose ‎dikenal sebagai Menteri Zhang. ‎

Aksi terbesar Fsociety adalah peretasan data E Corp pada 9 Mei. Aksi Fsociety dalam ‎menghancurkan E Corp kemudian dimanfaatkan oleh kelompok Whiterose untuk mengamankan ‎kekayaannya dari New York ke Kongo.‎

Melalui serangkaian peristiwa tragis sekaligus heroik akhirnya Fsociety mampu mengalahkan The ‎Dark Army. Bahkan pemimpinnya, Whiterose bunuh diri sebab kekayaannya telah lenyap tersebar ‎ke seluruh dompet Ecoin masyarakat, dan mesin Whiterose yang ada dibalik PLTN Washington ‎Township juga dihancurkan oleh Elliot.‎

Tetapi, apakah kisah ini sekedar bercerita tentang perlawanan terhadap konglomerasi dan ‎ketidakadilan?‎

Tidak, kawan. Satu hal yang tak kalah menarik diceritakan dalam film ini adalah tentang kelainan ‎jiwa Elliot yang dikenal dengan dissosiative identity disorder. Pembahasan tentang ini pernah ‎disinggung sebelumnya di tulisan Zaim Ahya: Mr. Robot: Sebuah Catatan Singkat

Ketika pertama kali menonton season pertama ketika ia bertemu dengan Mr. Robot, saya mengira ‎Mr. Robot adalah seseorang yang nyata. Ternyata bukan, ia hanyalah seorang tak nyata yang ‎diciptakan oleh Elliot untuk melindunginya dari kejahatan dan kesakitan. Tetapi Mr. Robot pula ‎yang pada season 3 berusaha mengambil kendali atas diri Elliot untuk menyelesaikan misinya dalam ‎menghancurkan E Corp. Sampai akhirnya mereka berdamai karena sadar bahwa aksi itu ‎dimanfaatkan oleh Whiterose untuk kepentingan dirinya.‎

Pada season empat kita akan semakin terfokus pada masalah kepribadian Elliot ini. Jika Zaim Ahya ‎mengatakan Elliot menciptakan tiga kepribadian: yang pertama saat ia mengalami kejadian buruk di ‎masa kecil, dan yang kedua adalah Mr Robot sedang yang ketiga adalah Elliot kecil, menurut yang ‎saya pahami ia menciptakan empat sosok. ‎

Pertama ialah Mr. Robot dengan perawakan sama dengan ayahnya namun sifat yang berbeda. ‎Kedua, ia menciptakan ibu yang lebih baik dari dunia nyatanya. Ketiga adalah dirinya sewaktu ‎berusia delapan tahun. Ketiganya diciptakannya setelah kejadian ia melompat dari jendela untuk ‎menghindari ayahnya. Dan yang lebih mengejutkan ialah keempat, ia menciptakan dirinya sendiri ‎saat dewasa! ‎

Elliot yang selama ini melakukan hacking, menguak kejahatan, membentuk Fsociety, ‎menghancurkan E Corp dan Whiterose bukanlah “the real Elliot”. Ia sengaja diciptakan oleh Elliot ‎yang sebenarnya untuk mengubah masa lalunya dengan peristiwa lain sehingga trauma masa ‎kecilnya tidak akan lagi muncul. Bukan hanya itu, ia juga mempunyai misi untuk mengubah dunia ‎agar menjadi lebih baik untuk dirinya dan orang-orang di sekitarnya. Itulah mengapa ia sangat ‎berambisi untuk membuat para penguasa tak terlihat, yang merugikan banyak orang itu hancur.‎

Tetapi mengapa Elliot memiliki kepribadian seperti ini?‎

Trauma mendalam atas kekerasan seksual yang dialaminya sewaktu masih kecil menjadi penyebab ‎munculnya kepribadian lain di sisi Elliot. Ayahnya yang memaksa Elliot untuk melakukan apa yang ‎tidak ingin dia lakukan (kekerasan seksual), dan ibu yang terus memarahinya, menyisakan trauma ‎yang sulit disembuhkan. Sampai akhirnya ia bersembunyi di dunia lain. Dunia yang sempurna, ‎dengan ayah dan ibu yang menyayanginya sampai ia dewasa, menjadi CEO di Allsafe tempatnya ‎bekerja, dan menikah dengan Angela, sahabat sekaligus kekasihnya. Sedangkan Elliot yang berada ‎di dunia nyata bukanlah Elliot yang sebenarnya.‎

Kesadaran ini dapat ia peroleh berkat jasa seorang psikiater bernama Krista yang biasa ditemuinya ‎untuk berkonsultasi. Ia menjelaskan pada Elliot yang palsu bahwa dirinya harus mulai melepaskan ‎kehidupan nyata Elliot dan mengembalikannya kepada “the host”, pemilik aslinya. ‎

Ia juga menjelaskan bahwa yang dapat menjadi penghubung antara the real Elliot dengan dunia ‎nyata ialah Darlene adiknya. Dengan begitu dapat dipahami kalau Darlene tidak ada di dunia lain ‎yang tidak nyata, sebab Elliot yang palsu ingin menjauhkan Elliot yang asli dari dunia nyata.‎

Sayangnya film ini tidak berlanjut kepada bagaimana membangun kesadaran Elliot di dunianya yang ‎nyata setelah sekian lama berada di dunia palsu yang sempurna itu. Di dalam dunia palsu ia akan ‎menikah dengan Angela, sedangkan di dunia nyata, Angela telah meninggal. Tentu bukan hal yang ‎mudah untuk menerima kenyataan seperti ini. ‎
Mungkin begitulah maksud film serial ini dibuat, agar penonton terus dibuat penasaran. Bahwa ‎tidak ada kisah hidup yang endingnya happily ever after. Usai satu masalah, pasti muncul masalah ‎lain, dan seterusnya. Yang harus selalu diusahakan dalam hidup ini adalah: how we can do ‎something to make the better world?‎

Umi Ma’rufah, Penulis lepas dan pemerhati film

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.