Dalam sebuah perjalanan menuju Suku Air Utara, Avatar Aang dan teman-temannya berhenti di kawasan hutan yang hangus terbakar. Bukan suatu kebakaran alami karena terik matahari. Melainkan kebakaran yang disengaja oleh prajurit negara api yang membagi buta melakukan ekspansi.

Setelah hutan terbakar, warga desa yang tinggal di pinggir hutan pun resah. Pasalnya setiap menjelang petang, muncul Hei-Bai, sesosok monster mengerikan yang mengamuk. Ia menghancurkan rumah-rumah warga. Bahkan menculik orang-orang ke dunia roh.

Warga desa meminta bantuan Avatar Aang sebagai penghubung antara dunia nyata dengan dunia roh. Avatar Aang diminta untuk “melawan” Hei-Bai dengan cara apapun, bahkan dengan jalan kekerasan. Avatar Aang pun mencobanya.

Perlawanan Avatar Aang tak membuahkan hasil seperti yang diharapkan. Ia tersesat di dalam dunia roh dan menjumpai beberapa fakta yang baru ia ketahui. Ketersesatan di dunia roh membuat Avatar Aang menemukan cara yang lebih tepat untuk “melawan” Hei-Bai selain jalan kekerasan.

Di petang hari selanjutnya, Avatar Aang kembali bersiap menghadapi Hei-Bai. Kali ini perlawanan diwujudkan dengan cara melakukan pendekatan emosional. Avatar Aang menyadari bahwa sejatinya Hei-Bai adalah wujud dari roh hutan. Hei-Bai mengamuk sebagai ekspresi kemarahan atas hutan yang sengaja dibakar.

Melalui pendekatan emosional, Avatar Aang berhasil meyakinkan Hei-Bai bahwa tidak semua manusia serakah dengan membakar hutan. Avatar Aang meyakinkan bahwa setelah hutan mati, masih ada harapan baginya untuk subur kembali. Sebab di antara orang-orang serakah, masih banyak orang lain yang peduli akan keseimbangan alam.

Merasa yakin dan percaya dengan penjelasan Avatar Aang, amarah Hei-Bai pun mereda. Wujud monsternya yang mengerikan, berubah menjadi wujud seekor panda. Hei-Bai kembali ke hutan bersamaan pula dengan belasan warga desa yang dibebaskan dari tawanan di dunia roh.

Hei-Bai: Bagian dari Kearifan Lokal

Kisah serupa tentang Hei-Bai sebagai jelmaan dari roh hutan banyak dijumpai dalam peradaban lain di negara-negara Timur. Cerita yang sangat lekat dengan nilai-nilai dinamisme. Masyarakat percaya bahwa dalam sebuah benda melekat roh yang memiliki daya magis.

Cerita tentang roh yang bersemayam pada benda dan alam tersebut sering kali dikisahkan dalam balutan nuansa mistis. Seperti cerita tentang Nyi Roro Kidul sang penguasa pantai selatan Pulau Jawa, misalnya. Atau mitos tentang Tangkalaluk, raja ular dari Pulau Kalimantan yang belakangan viral di jagat maya. Pasalnya sesosok ular yang diduga Tangkalaluk ditemukan mati terpanggang di tengah kebakaran hutan dan lahan.

Segala tutur turun-temurun tentang makhluk mitologi yang berkembang di masyarakat akan membentuk persepsi dan perilaku manusia kepada alam. Sehingga akan melahirkan berbagai variasi kearifan lokal. Tentang nilai-nilai yang mengatur agar manusia bisa hidup selaras dan berdampingan dengan alam sekitarnya.

Sayangnya kepercayaan masyarakat kepada Hei-Bai dan mahluk mitologi lainnya tergerus oleh cara pandang materialistik yang semakin dominan. Paradigma materialistik mengedepankan segala sesuatu yang hanya mampu dicerna oleh akal dan panca indera. Sementara aspek lain yang membutuhkan pemahaman emosional, intuisi, dan imajinasi, diabaikan begitu saja.

Kondisi ini, secara langsung ataupun tidak, telah memengaruhi cara pandang manusia terhadap alam. Seorang pengusaha yang berorientasi materialis tidak melihat jutaan pohon serta segala kehidupan yang meliputinya sebagai sebuah harmoni. Melainkan ia melihat digit demi digit angka yang bisa menambah pundi kekayaannya.

Segala daya, selama dianggap tidak bertentangan dengan akal dan panca indera, dilakukan untuk mengeksplorasi hutan. Dengan dalih utama sebagai upaya pemberdayaan masyarakat. Termasuk dengan cara membakar hutan lindung, kemudian menyulapnya menjadi perkebunan.

Kobar Api Simbol Keserakahan

Kebakaran hutan di dunia Avatar Aang, saat ini juga terjadi di bumi Indonesia. Setidaknya dalam kurun waktu lima tahun terakhir, selalu ada kasus kebakaran hutan di beberapa pulau besar di Indonesia.

Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) paling parah terjadi pada tahun 2015. Karhutla terjadi di lebih dari 2 juta hektare lahan dan hutan di Indonesia. Sementara di tahun 2019, api tercatat telah melahap lebih dari 320 ribu hektare lahan dan hutan.

Berbagai kalangan mencurigai bahwa ada unsur kesengajaan dalam karhutla di Sumatera dan Kalimantan. Salah satunya disampaikan oleh Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian. Ia mendapati fakta bahwa lahan yang terbakar hanyalah kawasan hutan saja. Sementara kawasan perkebunan kelapa sawit, sangat sedikit yang tersentuh api.

Dugaan ini diperkuat dengan hasil analisis dari Global Forest Watch yang menyebutkan bahwa dalam kurun 1 Agustus hingga 14 September 2019, 85 persen karhutla terjadi di luar konsesi sawit. Tangan-tangan jahil sebagian manusia yang serakah turut andil dalam bencana ini. Membakar hutan menjadi cara paling ampuh untuk membuka lahan perkebunan tanpa perlu mengeluarkan banyak biaya operasional.

Jika dilihat secara simbolik, terdapat naluri keserakahan dalam kobaran api yang membakar hutan dan lahan. Oleh karena itu, dalam dunia Avatar diperlukan latihan khusus untuk bisa mengendalikan elemen yang cenderung merusak ini. Dalam salah satu episode, Jenderal Iroh memberikan gambaran tentang sifat dasar empat elemen. Termasuk sifat dasar elemen api.

Jenderal Iroh menjelaskan bahwa di titik yang paling kecil, api menjadi simbol keinginan dan kekuatan. Api menjadi penggerak bagi manusia untuk mencapai harapannya. Di titik yang masih wajar, keinginan manusia akan berubah menjadi ambisi. Sementara di titik yang melampaui batas, api menjadi simbol Keserakahan dan kerusakan.

Di titik ini, lanjut Jenderal Iroh, kobaran api akan melahap dan menghanguskan apapun yang ada di sekililingnya. Manusia yang dibutakan oleh keserakahan akan melakukan apapun untuk mencapai tujuannya. Termasuk dengan cara menyakiti orang lain bahkan merusak keseimbangan alam.

Apakah karhutla di Sumatera dan Kalimantan yang diduga ada unsur kesengajaan menjadi isyarat bahwa terdapat sebagian kelompok yang memiliki ambisi yang melampaui batas?

Nashokha

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.