Sepanjang berkuasa-selama kurang lebih enam abad- tidak ada satu pun dari Sultan Ottoman yang pergi ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji. Begitu pun keluarganya, baik para pangeran, putri maupun kerabat. Kedengarannya memang sedikit aneh, bagaimana seorang pemimpin kerajaan Islam (khalifah) tidak pernah menyempurnakan rukun Islam. Apalagi jika dibandingkan dengan khalifah-khalifah Daulah Abasyiah seperti Harun ar-Rasyid yang tercatat pernah menunaikan ibadah haji sembilan kali semasa hidupnya.

Secara materi, jelas mereka (sultan dan keluarganya) adalah kelompok umat Islam yang berkecukupan, sehat jasmani dan rohani, dikelilingi oleh pasukan kuat, lebih dari cukup untuk mengamankan rombongannya sampai ke Makkah. Sehingga (red. sepintas) secara syariat tidak ada alasan apa pun untuk tidak menunaikan ibadah haji. Tapi kenapa tidak satu pun dari mereka menunaikan ibadah yang merupakan rukun Islam yang ke lima? Bukankah melaksanakan ibadah haji adalah wajib (red. bagi yang mampu)? Tidak sekedar wajib, lebih dari itu haji bagi masyarakat Turki adalah ibadah istimewa dibandingkan dengan ibadah lainnya.

Begitu pentingnya ibadah haji bagi masyarakat Turki pada saat itu, ada sebuah cerita tentang orang miskin yang berkeinginan untuk berangkat haji, sampai bernazar jika tahun depan tidak haji, dia akan menceraikan istrinya. Fenomena demikian ini menunjukkan betapa haji merupakan ibadah yang digandrungi (red.dan oleh beberapa orang berlebihan, seperti dalam cerita di atas) untuk dikerjakan oleh masyarakat secara umum.

Alasan Keamanan

Rupanya jarak tempuh antara Istanbul ke Makkah menjadi salah satu alasan. Sampai dengan awal abad 19, untuk menunaikan ibadah haji, jamaah yang datang dari Istanbul harus menghabiskan waktu selama tiga sampai empat bulan untuk berangkat, satu bulan menetap di Makkah dan Madinah, tiga empat untuk kembali ke Istanbul. Sehingga total ada sembilan bulan waktu yang dibutuhkan untuk menunaikan ibadah haji. Perjalanan yang jauh dan panjang ini dalam catatannya merupakan perjalanan yang berat, tidak sedikit dari jamaah yang mati di jalan karena kelelahan, hartanya habis dirampok, hilang tidak kembali dan sederet halangan dan rintangan lain.

Kondisi perjalanan yang berat, memakan waktu yang lama membuat seluruh Sultan tidak diizinkan untuk menjalankan ibadah haji, meski sekali dalam hidupnya. Namun demikian bukan berarti tidak ada Sultan yang mencoba untuk berangkat. Sultan pertama yang berniat dan bersikukuh untuk menunaikan ibadah haji adalah Sultan Osman II. Namun keinginannya segera dilarang oleh penasihat kerajaan yang tidak lain adalah Aziz Mahmud Hudayı, seorang wali pendiri tarekat Jalwatiyah. Menurut Hudayı, dengan berbagai kesibukan agenda Sultan dan beratnya perjalanan yang mesti ditempuh, ada keringanan untuk tidak menunaikan ibadah haji bagi para sultan. Meskipun secara hukum mereka adalah umat masuk dalam golongan orang yang mampu berangkat haji.

“Tidak ada kewajiban bagi seorang sultan untuk menunaikan ibadah haji, ada bahaya besar yang mengancam jika mereka pergi” kata Aziz Mahmud Hudayı.

Selain alasan keamanan, lamanya waktu ibadah haji mulai dari berangkat, manasik sampai dengan kembali juga tidak memungkinkan untuk dilakukan oleh sultan. Sembilan bulan bukan waktu yang sebentar. Apa jadinya jika sebuah kerajaan ditinggal oleh rajanya selama itu. Meninggalkan kerajaan selama sembilan bulan adalah hal yang berbahaya baik bagi keutuhan kerajaan maupun keamanannya. Mengingat banyak kerajaan-kerajaan lain yang selalu bersiap untuk menyerang, hanya menunggu waktu lengah.

Tetapi rupanya alasan lamanya perjalanan bukan menjadi alasan utama. Nyatanya, pada paruh kedua abad 19, di mana transportasi semakin maju, perjalanan menuju ke Makkah sudah semakin cepat tidak seperti sebelumnya, kondisi keamanan juga lebih stabil, tetap saja tidak ada satu pun Sultan Ottoman yang pergi menunaikan ibadah haji. Padahal pada waktu yang sama Sultan Abdul Aziz melakukan perjalanan ke ibu kota kerajaan-kerajaan Eropa, sementara Sultan Resad juga pernah tercatat melakukan kunjungan ke Kosova dalam waktu yang panjang, tetapi mereka tidak juga pergi untuk menunaikan ibadah haji. Artinya jauhnya tempat yang mesti ditempuh dan lamanya perjalanan sudah tidak menjadi alasan yang relevan lagi, lalu mengapa mereka tidak pergi ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji?

Mengirim Badal

Meskipun demikian, setiap tahun Sultan yang berkuasa selalu mengirim badal lebih dari satu untuk melaksanakan ibadah haji atas nama dirinya. Menjelang musim haji, mereka akan memotong sebagian rambut, kemudian dicuci dan dimasukkan ke dalam sebuah kotak yang terbuat dari perak. Kemudian kotak yang dimaksud akan dibawa oleh orang yang ditunjuk sebagai badal sepanjang pelaksanaan manasik haji.

Satu-satunya keluarga laki-laki kerajaan yang pergi menunaikan ibadah haji adalah Cem Sultan. Cem yang merupakan putra dari Muhammad al-Fatih merupakan satu-satunya pangeran dari keluarga kerajaan yang pernah melakukan ibadah haji.

Setelah wafatnya Muhammad al-Fatih, sang penakluk Konstantinopel itu meninggalkan dua anak anak laki-laki; Cem Sultan dan Beyazid Sultan. Cem ditugaskan menjadi wali kota Konya, sementara Beyazid bertugas sebagai wali kota Amasya. Rupanya kabar kematian Muhammad al-Fatih lebih dulu didengar oleh Beyazid yang posisinya lebih dekat dengan Istanbul yang menjadi pusat kekuasaan Ottoman. Mendengar berita kematian ayahnya, Beyazid segera kembali ke Istanbul dan ia naik Tahta menggantikan sang ayah.

Sementara itu, Cem yang terlambat mendengar berita kematian ayahnya datang lebih akhir ke Istanbul sementara kakaknya telah naik Tahta. Tidak terima dengan kejadian itu, Cem bersama para pendukungnya menyerukan perang melawan sang kakak yang telah berkuasa. Sayangnya pasukan Cem tidak beruntung, pada tanggal 20 Juni 1481 mereka kalah dalam sebuah peperangan di Yenisehir. Cem terpaksa diselamatkan dan kembali ke Konya untuk selanjutnya mengasingkan diri ke Mesir di bawah lindungan Mamaluk.

Kedatangan Cem Sultan di Mesir disambut dengan riang gembira, bahkan upacara penyambutan kedatangannya digelar dengan begitu meriah. Mamaluk dan segenap masyarakatnya bersuka cita menerima kedatangan Cem Sultan. Setelah beberapa waktu tinggal di Mesir dan kondisinya telah pulih, Cem meminta izin kepada pemimpin Mamaluk untuk menunaikan ibadah haji bersama ibu dan istrinya. Permintaan itu dikabulkan, Cem dikawal oleh rombongan besar menuju Makkah sampai kembali lagi ke Mesir.

Kepergian Cem Sultan untuk menunaikan ibadah haji menjadi pemecah rekor. Ia menjadi pertama dan satu-satunya pangeran yang berangkat menunaikan ibadah haji dan tidak pernah diikuti oleh generasi setelahnya. Begitu pun karena Cem merupakan pangeran yang terasing karna kalah perang melawan kakaknya saat memperebutkan tahta menggantikan sang ayah.

Selain itu, sultan terakhir dari Ottoman yang juga sempat berkeinginan untuk menunaikan ibadah haji adalah Sultan Vahideddin. Setelah kesultanan Ottoman bubar dan Turki berubah menjadi Republik Demokratik Turki, Vahideddin melakukan perjalanan menuju Makkah untuk menunaikan ibadah Haji, namun niatannya kandas dan ia hanya sempat menyelesaikan ibadah umrah karena alasan politik dan keamanan.

Jika hendak diambil kesimpulan sederhana, salah satu penyebab tidak perginya Sultan-sultan Ottoman ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji adalah bahwa ada tanggung jawab yang sangat penting. Tanggung jawab tersebut tidak lain adalah kewajiban bagi sultan untuk menjaga kestabilan politik dan keamanan.

Alasan inilah yang menjadi dasar utama Aziz Mahmud Hudayı yang merupakan penasihat Sultan melarang Osman II berangkat menunaikan ibadah haji. Kewajiban seorang pemimpin memastikan rakyat dan wilayahnya sejahtera, aman dari ancaman lawan, bahkan menjaga keselamatan pribadi sultan pada waktu yang sama menggugurkan kewajiban sultan untuk berangkat haji. Sehingga dirasa cukup hanya dengan mengirimkan badal untuk melaksanakan ibadah haji yang diniatkan untuk sang sultan.

Ahmad Munji, Ketua Tanfidzyah Pengurus Cabang Istimewa NU Turki/Mahasiswa Doktoral Marmara University Istanbul

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.