“Saya tak ingat betul kapan mulai nyantri di Plumbon. Yang jelas tahun 1960, saya sudah mondok di sana” begitu kira-kira cerita Kiai Rofi’i kepada Gus Tolkhah Danial, Kiai Askan Nawawi dan rombongan.

Kiai Rofi’i ini santri Plumbon asal Desa Bulakan Kecamatan Belik Kebupaten Pemalang.

Waktu beliau nyantri, bangunan pondok masih berupa rumah panggung dengan kayu. Lampu belum ada, komunikasi pun masih sulit, jika dibandingkan dengan sekarang.

Daerah Limpung waktu itu masih ngeri. Kalau kebetulan tiba di Limpung saat matahari telah terbenam, kata beliau, biasanya ada pembagal jalan yang meminta uang: malak.

Pernah suatu ketika, beliau diajak Kiai Sya’ir ngaji ke Desa Lobang. Di tengah-tengah perjalanan, dengan penerangan cahaya oncor (obor), tepatnya di daerah yang sekarang berdiri SMK al-Syairiyyah, beliau berdua berpapasan dengan pembagal jalan.

“Teng pundi (mau ke mana) Kiai” tanya pembagal jalan kepada Kiai Sya’ir sebagaimana diceritakan Kiai Rofi’i.

Kiai Sya’ir menjawab akan ngaji di Desa Lobang. Pembagal itu hanya bertanya, dan tak merampas apapun dari Kiai Sya’ir.

Sampai sekarang Kiai Rofi’i masih aktif mengajar santri di Pondoknya: al-‘Ianah. Kata beliau, bisa seperti ini itu lantaran barokah doa gurunya: Kiai Sya’ir.

“Kalau yang lain-lain itu alaihi bil-ilmi, saya alaihi bid-dua. Saya seperti ini lantaran doanya masyarakat Plumbon, khususnya Kiai Sya’ir” kata beliau sambil tersenyum.

Perihal hubungannya dengan Kiai Sya’ir dan keluarga Pondok Plumbon (TPI Al-Hidayah) , Kiai Rofi’i masih melanggengkan silaturahim ke keluarga, bahkan ke masyarakat Plumbon

“Setelah mondok, saya masih sering ke Plumbon, kadang setengah bulan, kadang juga satu bulan, maksimal setengah tahun. Jadi masyarakat Plumbon masih banyak yang kenal denganku” kata Kiai Rofi’i.

Zaim Ahya, Founder takselesai.com
Pemalang, 11 Maret 2019

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.