“Begitu sakit hati ini, jika mencintaimu hanya karena perintah dari kata-katamu”

Begitu kira-kira salah satu percakapan dari film Frekuensi yang menunjukkan kekuatan kata. Sebab kata, seseorang bisa mencintai yang lain. Simpelnya, kata bisa menggerakkan, bahkan merubah hati orang lain.

Betapa banyak orang membenci atau mencinta hanya karena kata-kata. Ketika ada seseorang berkata tentang hal yang tak disukai, kita marah, bahkan kadang benci dengannya. Begitu pula ketika ada seseorang yang berkata manis, kita bisa menjadi tersenyum dan bahagia.

Kekuatan kata juga dicontohkan dalam film Mahabharata. Hanya dengan kata-kata yang keluar dari mulud seorang Kunti, yang secara tidak sengaja menyuruh anaknya, Arjuna untuk membagi hadiah yang diperolehnya, padahal hadiah itu berupa seorang wanita, yang orang-orang memanggilnya Drupadi. Akhirnya, kata-kata Kunti menjadi darma bagi ke lima anaknya. Bahkan Kunti sendiri tidak bisa mencabut kata-katanya.

Naruto, tokoh fiksi utama komik karya Masasi Kimoto, juga mengatakan bahwa dirinya bangkit dengan kekuatan kata-kata. Benarkah kata-kata mempunyai kekuatan?

Akhir-akhir ini, rame dengan profesi yang orang-orang menamainya motivator. Orang yang bergelar motivator digadang-gadang bisa membangkitkan mereka yang patah harapan menjadi bersemangat dengan kekuatan kata-kata. Pada awalnya, saat motivator masih belum menjadi latah, banyak orang yang mengelukannya, namun sekarang banyak yang mencibirnya dengan mengatakan, hidup ini tidak seindah apa yang dikatakan motivator.

Rumi berkata: “Jika pikiran sudah mampu menggerakkan, apalah gunanya kata-kata”. Dalam Fihi Ma Fihi-nya yang terkenal itu, Rumi menceritakan bahwa pikiran bisa menggerakkan orang untuk datang dan berkumpul. Dengan cerita Rumi ini, jangan-jangan kata tidaklah punya kekuatan, melain pikiranlah yang menggerakkan kata, sehingga terlihat memiliki kekuatan.

Sering kita merasakan efek yang berbeda saat mendengarkan kata-kata dari orang yang berbeda. Ketika kita mendengarkan kata-kata dari seseorang yang secara keilmuan mendalam dan sesorang yang tak punya pengetahuan mendalam, tentu kita merasakan perbedaan efeknya.

Mungkin ada hubungan erat antara lmu dan pikiran. Kiranya benar, pikiranlah yang punya kekuatan, bukan kata-kata.

“Jika kau bisa digerakkan oleh kata-kata dari orang yang tak kuat pikirannya, maka bukan berarti kata-kata itu memiliki kekuatan, namun jiwamulah yang terlalu lemah” kata orang tua yang tiba-tiba datang, lalu berlalu.

Tulisan ini pernah dimuat di samarnews.com 2016

Zaim Ahya, Founder takselesai.com

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.